Hari Buruh dan Jejak Kenangan Marsinah yang Tertinggal : Simbol Perjuangan Hak Pekerja!

Nasional

Kamis, 01 Mei 2025 | 10:01 WIB
Hari Buruh dan Jejak Kenangan Marsinah yang Tertinggal : Simbol Perjuangan Hak Pekerja!
Marsinah buruh yang memperjuangkan hak pekerja dan kematiannya masih misteri. [Instagram]

Kematian Marsinah pada Mei 1993 silam meninggalkan jejak kenangan yang selalu tersirat dan menjadi simbol perjuangan hak kaum buruh.

rb-1

Tiga dekade kisah kematian tragis Marsinah telah berlalu.

Ya, nama Marsinah buruh perempuan asal Jawa Timur itu tercatat dalam sejarah sebagai ikon perlawanan terhadap ketidakadilan di masa Orde Baru.

Baca Juga: Jadi MC Peringatan Hari Buruh di Monas, Raffi Ahmad Ngaku Diutus Langsung Presiden

rb-3

Kasus yang mengguncang Indonesia dan menarik perhatian dunia ini pun dikenang setiap Hari Buruh 2025 yang diperingati pada 1 Mei, sebagai pengingat perjuangan buruh yang belum rampung.

Marsinah buruh perempuan yang tewas karena memperjuangkan hak pekerja. [instagram]

Semangat Marsinah hidup dalam setiap tuntutan akan keadilan, perlindungan, dan kesejahteraan bagi pekerja hingga hari ini.

Pada Mei 1993, nama Marsinah menjadi sorotan publik, baik nasional maupun internasional.

Baca Juga: Mayor Teddy Disambut Lebih Meriah oleh Ribuan Buruh, Prabowo: Kok Lebih Banyak Sahutannya

Buruh perempuan dari Nganjuk, Jawa Timur, ini ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan setelah menghilang selama tiga hari.

Ia menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan kekerasan yang menimpa kaum pekerja di Indonesia.

Marsinah lahir pada 10 April 1969. Kehilangan ibunya sejak usia tiga tahun dan tumbuh dalam kondisi ekonomi sulit, dia hanya sempat mengenyam pendidikan hingga tingkat SMA.

Marsinah memutuskan untuk merantau dan bekerja di berbagai pabrik, terakhir di PT Catur Putra Surya (CPS), Sidoarjo. Marsinah dikenal vokal memperjuangkan hak buruh.

Ia aktif dalam serikat pekerja dan ikut serta dalam aksi mogok menuntut kenaikan upah dari Rp 1,700 menjadi Rp 2,250 per hari, sesuai anjuran Gubernur Jawa Timur kala itu.

Aksi tersebut berujung pada penahanan rekan-rekannya oleh aparat militer. Marsinah yang mencari tahu keberadaan mereka, justru ikut hilang.

Pada 8 Mei 1993, jasad Marsinah ditemukan di hutan Wilangan, Nganjuk, dengan luka-luka parah akibat penyiksaan.

Autopsi menyatakan, dia mengalami penganiayaan berat, bahkan diduga sempat mendapatkan perlakuan tidak senonoh. Hal ini tentunya membuat publik geger.

Aksi solidaritas dan unjuk rasa bermunculan di berbagai kota.

Komite Solidaritas untuk Marsinah (KSUM) dibentuk oleh sejumlah LSM guna mengadvokasi kasus ini.

Penyelidikan awal oleh aparat justru diwarnai penyiksaan terhadap sejumlah pegawai PT CPS yang dijadikan tersangka.

Proses hukum yang kontroversial berakhir dengan pembebasan mereka, termasuk pemilik perusahaan.

Banyak pihak menduga adanya keterlibatan aparat dan tekanan politik dalam proses ini.

Meski kasusnya tak pernah tuntas, warisan perjuangan Marsinah tak pernah hilang. Ia menjadi simbol gerakan buruh dan kebangkitan kesadaran hak asasi manusia di Indonesia.

Monumen perjuangannya berdiri di Nganjuk, dan setiap Hari Buruh, namanya pun selalu dikenang.

Monumen perjuangan Marsinah berdiri di Nganjuk, dan setiap Hari Buruh, namanya pun selalu dikenang. [instagram]

Kisah Marsinah sejatinya diangkat dalam berbagai bentuk seni, seperti film Marsinah Cry Justice, lagu-lagu keroncong karya Mus Mulyadi, lagu punk oleh band Marginal, hingga puisi oleh Sapardi Djoko Damono.

Bahkan, sosok Marsinah dianggap layak untuk menjadi pahlawan nasional karena sebagai aktivis buruh perempuan, dia sangat vokal dalam menyuarakan hak-hak buruh pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Tag Hari Buruh Orde Baru Marsinah Simbol Perjuangan Hak Pekerja

Terkini