Horor Efek Ledakan Megathrust Selat Sunda, Jakarta Terancam Tsunami 1,8 Meter

Metropolitan

Sabtu, 04 Januari 2025 | 19:59 WIB
Horor Efek Ledakan Megathrust Selat Sunda, Jakarta Terancam Tsunami 1,8 Meter
Ilustrasi tsunami [int]

Baru-baru ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengeluarkan hasil riset terbaru yang mengungkap potensi ancaman megathrust di Indonesia, khususnya wilayah Selat Sunda dan Pantai Selatan Jawa.

rb-1

Hasil penelitian ini menggambarkan sebuah bahaya tektonik yang sangat besar, dengan kemampuan untuk memicu gempa besar dan tsunami yang memengaruhi sebagian besar pesisir selatan Jawa bahkan hingga Jakarta.

Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan, bahwa zona megathrust yang terletak di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang sangat besar. Energi yang terus terkunci di zona subduksi ini berpotensi untuk dilepaskan dalam bentuk gempa besar dengan magnitudo antara 8,7 hingga 9,1.

Baca Juga: Arif Rachman Diminta Agus Nurpatria Carikan Peti Jenazah untuk Brigadir J

rb-3

Zona Megathrust Selat Sunda ilustrasi [int]

"Gempa besar ini bisa memicu gelombang tsunami yang sangat dahsyat. Gelombang tsunami diperkirakan dapat mencapai ketinggian 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta," jelas Rahma dikutip dari website BRIN, Sabtu (4/1/2025). Jika tsunami ini terjadi, dampaknya akan terasa begitu luas dan merusak.

Dari simulasi yang dilakukan oleh BRIN bersama tim peneliti dari berbagai institusi, tsunami yang dihasilkan oleh megathrust ini dapat sampai ke Jakarta dalam waktu sekitar 2,5 jam setelah gempa. Ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman ini.

Salah satu contoh nyata dari potensi besar tsunami yang bisa terjadi adalah peristiwa tsunami Pangandaran pada tahun 2006, yang dipicu oleh sebuah marine landslide di dekat Nusa Kambangan. "Peristiwa ini mengingatkan kita betapa dahsyatnya dampak yang bisa ditimbulkan oleh pergeseran tektonik di kawasan tersebut," lanjut Rahma.

Baca Juga: Tantangan Negara Berkembang: Sulitnya Petani Skala Kecil dalam Mengakses Teknologi Penyimpanan Digital

Kawasan perkotaan seperti Jakarta, dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan kondisi tanah yang rentan, berisiko mengalami amplifikasi goncangan gempa yang sangat kuat. Rahma menekankan pentingnya langkah mitigasi untuk mengurangi dampak bencana ini.

Zona Megathrust Selat Sunda ilustrasi [X]

Salah satunya adalah retrofitting yaitu penguatan struktur bangunan yang ada, agar mampu bertahan terhadap goncangan hebat yang bisa merusak infrastruktur dan menimbulkan korban jiwa. "Dalam konteks ini, Jakarta membutuhkan perhatian lebih terhadap bangunan-bangunan di kawasan padat penduduk untuk meminimalisir kerusakan yang mungkin terjadi," cetus Rahma.

Selain Jakarta, kawasan industri seperti Cilegon juga memiliki potensi risiko lain yang tidak kalah berbahaya. Potensi gempa megathrust ini bisa memicu kebakaran hebat di kawasan pabrik-pabrik besar akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia. Ancaman sekunder ini, yang berpotensi memperburuk situasi, memerlukan perhatian khusus dalam penerapan standar keselamatan yang ketat di area industri.

BRIN juga mengungkapkan melalui penelitian paleotsunami bahwa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400-600 tahun. Kejadian terakhir diperkirakan terjadi pada tahun 1699. "Saat ini, energi yang terakumulasi di zona subduksi tersebut telah mencapai titik kritis. Hal ini semakin mempertegas urgensi penelitian dan mitigasi risiko bencana yang ada," pungkas Rahma.

Kesiapsiagaan menjadi kata kunci dalam menghadapi ancaman megathrust ini. Seperti yang terjadi pada bencana tsunami Aceh, yang menewaskan lebih dari 230.000 orang, kesiapsiagaan dan mitigasi bencana bisa menjadi pembeda antara selamat atau tidaknya banyak nyawa. Rahma menegaskan, bahwa pelajaran dari bencana tersebut harus menjadi dorongan untuk terus memperkuat upaya mitigasi, agar siap menghadapi ancaman bencana besar yang bisa datang kapan saja.

"Dengan semakin meningkatnya potensi energi yang tersimpan di zona megathrust, saatnya bagi Indonesia untuk memperkuat sistem peringatan dini, memperbaiki infrastruktur dan memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat siap menghadapi potensi ancaman bencana ini," tutup Rahma.

Tag Jakarta Gempa Tsunami BRIN megathrust Selat Sunda

Terkini