Teknologi

BRIN Garap Game Fashion Berbasis "Tujuh Bidadari" dan Keindahan Wastra Indonesia

23 November 2025 | 15:07 WIB
BRIN Garap Game Fashion Berbasis "Tujuh Bidadari" dan Keindahan Wastra Indonesia
Foto: Humas BRIN

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengambil langkah inovatif untuk menjadikan kekayaan tradisi, wisata, dan budaya Indonesia sebagai kekuatan utama di industri game lokal.

rb-1

Saat ini, BRIN tengah menyusun proposal riset pengembangan game fashion yang sangat menarik, diangkat dari cerita lisan ikonik "Tujuh Bidadari" yang berasal dari berbagai daerah seperti Sulawesi, Jawa, Maluku, hingga Papua.

Game ini tidak hanya akan menghidupkan narasi lokal, tetapi juga dirancang khusus untuk menampilkan keindahan wastra (kain tradisional) Indonesia yang akan dikenakan oleh karakter para bidadari, menjadikannya sarana edukasi budaya yang efektif dan stylish bagi 174 juta pemain game di Tanah Air.

Baca Juga: Regulasi Wajibkan Gedung Bertingkat Pasang <i>Water Mist</i> Digodok

rb-3

Proyek "Tujuh Bidadari" ini menjadi salah satu fokus utama BRIN dalam mendorong tumbuhnya ekosistem game berbasis budaya Nusantara.

Menurut Sastri Sunarti, Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan BRIN, cerita ini adalah "cerminan kekayaan narasi lokal yang dapat dikembangkan menjadi game fashion yang menampilkan keindahan wastra Indonesia melalui karakter para bidadari.”

Kisah ini sendiri dikumpulkan dari berbagai sumber di Indonesia, termasuk Sulawesi, Maluku, Jawa, dan Papua, menunjukkan komitmen BRIN untuk merepresentasikan keragaman budaya.

Baca Juga: Rawan Gempa, BRIN Petakan Sesar dari Ujung Kulon hingga Banyuwangi

Selain kisah bidadari yang penuh estetika, BRIN juga menyoroti potensi besar dari kisah asal-usul nenek moyang dari berbagai daerah yang sarat dengan nilai mitologis dan sejarah.

Sastri Sunarti mencontohkan kisah migrasi subsuku masyarakat Mentawai atau cerita lisan suku Abui di Alor yang secara unik diyakini turun dari langit menggunakan 'pesawat batu'.

“Narasi seperti ini sangat menarik jika diangkat dalam bentuk game yang menggabungkan unsur sejarah dan mitologi,” paparnya, menunjuk pada jenis game yang dapat menawarkan pengalaman yang mendalam dan unik.

Lebih dari sekadar hiburan, game dilihat oleh BRIN sebagai sarana edukatif yang efektif. Sastri menambahkan bahwa banyak pengetahuan lokal yang tersimpan dalam manuskrip dan tradisi lisan, seperti obat-obatan, sejarah, dan astronomi etnik.

Sayangnya, pengetahuan ini sulit diakses oleh generasi muda karena kendala bahasa dan aksara daerah. Oleh karena itu, “Pengalihwahanaan ke dalam medium seperti game menjadi cara efektif memperkenalkan kekayaan budaya kepada generasi muda," terangnya, mencontohkan bagaimana opera klasik Tiongkok kembali diminati setelah diadaptasi ke dalam game.

Harapan besar BRIN adalah dapat terus memperkuat kolaborasi dengan pengembang game lokal. Hal ini didorong oleh fakta bahwa Indonesia merupakan pengguna game terbesar ketiga di dunia dengan 174 juta pemain. Ironisnya, lebih dari 99% game yang beredar masih berasal dari luar negeri.

“Ini menjadi peluang besar bagi kita untuk menjadikan game lokal tuan rumah di negeri sendiri,” tutup Sastri, menegaskan misi BRIN untuk menciptakan ekosistem game yang benar-benar berakar dari warisan Nusantara.

Tag BRIN Pengembangan Game Lokal