Iran Acak-acak Israel: Rekrut Warga Zionis, Bajak Dokumen Rahasia
Politik

Pemerintah Iran mengklaim telah membajak ribuan dokumen rahasia milik Israel yang mencakup informasi sensitif di bidang militer, sains, hingga nuklir.
Klaim Iran itu diumumkan lewat siaran televisi pemerintah dan langsung memicu ketegangan baru di kawasan, terutama antara dua musuh bebuyutan: Iran dan Israel.
Menteri Intelijen Iran, Esmail Khatib, menyebut dokumen-dokumen tersebut sebagai “harta karun” intelijen yang diyakini bakal memperkuat kemampuan ofensif Teheran.
Baca Juga: Rudal Iran Gempur Tel Aviv dan Haifa, Balas Serangan Israel ke Fasilitas Nuklir
Dalam keterangan resminya, Khatib mengungkapkan bahwa operasi ini melibatkan perekrutan warga negara Israel, dan digambarkan sebagai salah satu keberhasilan terbesar dalam sejarah spionase Iran.
Dokumen Nuklir dan Pertahanan Israel
Baca Juga: 100 GB Email Rekan Trump Dibajak, Peretas Diduga Iran Ancam Sebar ke Publik
Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Imam Sayyid Ali Khamenei (Instagram @khamenei.english_)
Laporan media pemerintah Iran menyebutkan bahwa dokumen-dokumen tersebut berisi informasi strategis tentang fasilitas nuklir Israel, rencana pertahanan nasional, hingga kerja sama internasional dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Meskipun Iran belum menyertakan bukti konkret, dua nama warga Israel—Roy Mizrahi dan Almog Atias—muncul dalam laporan.
Keduanya diketahui telah ditangkap oleh badan intelijen Israel, Shin Bet, pada Mei 2025 karena diduga terlibat dalam aksi mata-mata.
Meski belum menentukan jadwal pasti, Khatib menyatakan Iran berencana membuka sebagian isi dokumen tersebut ke publik.
Namun, ketidakjelasan dan minimnya bukti membuat sejumlah analis meragukan validitas dan skala dari klaim tersebut. Pihak Israel sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan kebocoran ini.
Konstelasi Politik dan Ancaman Regional
Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Imam Sayyid Ali Khamenei (Instagram @khamenei.english_)
Klaim ini muncul di tengah situasi yang sudah panas, ketika Iran dan Amerika Serikat sedang menjalani perundingan alot terkait kesepakatan nuklir.
Negosiasi yang dimediasi oleh negara ketiga seperti Oman dan Italia itu bertujuan membatasi program pengayaan uranium Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.
Namun, Israel secara konsisten menolak setiap kesepakatan yang dinilai masih memberi celah bagi Iran mempertahankan infrastruktur nuklirnya.
Israel menanggapi perkembangan ini dengan penuh kewaspadaan. Pemerintah di bawah pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memandang Iran sebagai ancaman utama di kawasan, terutama karena program nuklirnya dan dukungan terhadap kelompok-kelompok seperti Hizbullah dan Hamas.
Laporan intelijen Amerika Serikat bahkan menyebutkan bahwa Israel telah mempersiapkan opsi serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.
Meski begitu, Presiden AS saat ini, Donald Trump, mendorong langkah diplomatik ketimbang intervensi militer langsung.
Langkah Iran mempublikasikan klaim ini di tengah suasana diplomatik yang tegang dinilai sejumlah pengamat sebagai bagian dari strategi politik untuk menekan lawan dan memperkuat posisi tawar dalam perundingan.
Sumber: Republic World