Israel Bersedia Tangguhkan Operasi Ambil Alih Gaza, Demonstrasi Besar-besaran di Tel Aviv
Menjelang serangan ke Kota Gaza, para pemimpin negara Yahudi memberi isyarat kepada AS bahwa pengambilalihan militer mereka dapat dihentikan demi gencatan senjata dan pembebasan sandera-sandera yang tersisa yang ditahan oleh Hamas, lapor televisi Israel, Sabtu.
Sementara di Tel Aviv, Israel, pemerintahan Benjamin Netanyahu mendapat tekanan dari warganya sendiri. Demonstrasi besar-besaran pecah di kota kedua terbesar di Israel. Masyarakat Israel tidak setuju rencana Netanyahu yang akan mengambil alih Israel, dilansir ABC News
Baca Juga: Israel Makin Sadis! Kamp Pengungsian Jadi Sasaran, Lebih 300 Warga Gaza Tewas dalam 48 Jam Terakhir
Masyarakat termasuk para keluarga sandera menuntut pembebasan sandera. Rencana Netanyahu menguasai Gaza bisa membahayakan para sandera.
Anggota keluarga sandera, termasuk ibu Matan Zangauker, Einav, dan saudara laki-laki Nimrod Cohen, Yotam, menyebut keputusan pemerintah Israel untuk menyetujui rencana pengambilalihan Kota Gaza sebagai 'hukuman mati' bagi para tawanan yang tersisa.
Mediator AS, Qatar, dan Mesir dikabarkan sedang membahas paket proposal komprehensif untuk mengakhiri perang, termasuk pembebasan 50 sandera yang tersisa — 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Baca Juga: Israel Semakin Menggila! Mobilisasi Puluhan Ribu Tentara Cadangan untuk Perluasan Perang di Gaza
Foto: tangkap layar YouTube Al Jazeera English
Kesepakatan yang dibahas juga akan mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza, menurut laporan media Saudi.
Para mediator juga sedang melakukan negosiasi intensif di menit-menit terakhir dengan Israel untuk mencegah negara Yahudi tersebut melaksanakan tujuan militernya di Gaza.
Kabinet Israel Setujui Rencana PM Netanyahu Ambil Alih Gaza
Sebelumnya, Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Jumat untuk mengambil alih kendali penuh Kota Gaza dalam upaya untuk membasmi kelompok teror tersebut — sebuah eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Namun sejauh ini belum diketahui kapan pastinya operasi besar-besaran Israel ambil alih Gaza.
Sementara itu dalam sebuah tayangan di TV Israel, disebutkan Tel Aviv bersedia menangguhkan operasi tersebut untuk mencapai kesepakatan.
Kabar itu muncul di tengah kesibukan di seluruh dunia pada hari Sabtu, yang bertujuan untuk mencegah perang semakin memanas.
Utusan khusus Gedung Putih, Steve Witkoff, bertemu dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman al-Thani, di Spanyol untuk membahas rencana mengakhiri perang.
Protes Massal di Tel Aviv Tuntut Pembebasan Sandera
Di Tel Aviv, protes massal untuk pembebasan para sandera menarik puluhan ribu orang, sementara para demonstran mendesak tentara Israel untuk tidak melakukan pengambilalihan Kota Gaza, lapor Times of Israel.
Kepala Staf IDF, Eyal Zamir, telah memperingatkan bahwa pengambilalihan Gaza akan membahayakan para sandera Israel yang tersisa.
Anat Angrest, yang putranya, Matan Angrest, masih berada di antara para sandera, telah menyerukan agar masyarakat memprotes keputusan tersebut.
“Diputuskan untuk memperluas perang dan menaklukkan bahkan dengan mengorbankan nyawa Matan,” tulisnya dalam sebuah unggahan di X. “Dan kesunyian ini sungguh mematikan.”***
Sumber: New York Post, ABC News, sumber lain