Johan Rosihan Nilai Kebijakan Anggaran Pertanian Lemah

Forumterikininews.id, Jakarta- Anggota Komisi IV DPR RI, Fraksi PKS Johan Rosihan menyampaikan kritik terhadap pembangunan pertanian dimana sektor tersebut selalu tumbuh positif selama pandemi.

Namun, menurutnya, pertumbuhannya masih di bawah kisaran 3,3 persen sehingga sebagai evaluasi harus ada fokus dukungan anggaran untuk peningkatan produksi pertanian dan terus memberikan nilai tambah pada hasil produk pertanian nasional agar memiliki daya saing internasional.

Hal ini diutarakan Johan saat mengikuti Rapat Kerja bersama Menteri Pertanian beserta jajarannya membahas evaluasi anggaran dan kinerja pertanian  di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta (Senin, 24/1).

Politisi PKS ini mengungkapkan bahwa sejak tahun 2015 sampai tahun ini anggaran Kementan selalu turun dari tahun ke tahun.

“Saya mempertanyakan hal ini karena negara kita adalah negara agraris dan bahkan pemerintah selalu menyatakan bahwa harus dilakukan penguatan pembangunan sektor pertanian guna mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Johan.

“Kebijakan anggaran Pertanian sangat lemah untuk peningkatan produksi komoditas strategis, bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dibuat pemerintah dalam kisaran 3,3–4,27 persen, namun kenyataannya hanya mampu tumbuh 2,95 persen pada triwulan 1 tahun 2021 dan pada triwulan III tahun 2021 pertanian hanya mampu tumbuh sebesar 1,35 persen,” Johan memaparkan.

Terkait capaian ekspor pertanian dan serapan KUR (Kredit Usaha Rakyat), menurutnya, g cukup menggembirakan pada tahun lalu,

“Maka ada beberapa catatan yang mesti diperhatikan pemerintah, yakni ekspor pertanian masih didominasi oleh subsektor perkebunan, maka ke depan mesti ada peningkatan nilai ekspor pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan untuk meningkatkan neraca perdagangan Pertanian nasiona,” ia menguraikan.

Selain itu, wakil rakyat dari dapil NTB ini juga mempertanyakan target produksi komoditas kedelai yang hanya 0,2 juta ton padahal rata-rata kebutuhan kedelai dalam negeri berkisar 2-3 juta ton per tahun.

BACA JUGA:   Komisi VIII Dukung Putusan MK Soal Nikah Beda Agama

Ini artinya, pemerintah terus berencana impor kedelai setiap tahun tanpa ada upaya untuk swasembada. “Janji Mentan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam dua kali masa tanam akan terus ditagih rakyat,” ujar Johan.

Dijelaskan, target produksi daging sapi/kerbau tahun 2022 hanya sebesar 444,55 ribu ton padahal kebutuhan daging terus meningkat setiap tahun, yang diperkirakan konsumsi per kapita pada 2022 mencapai 2,57 per kg/kapita per tahun sehingga kebutuhan daging secara nasional mencapai 706.388 ton per tahun.

“Kementan mesti berupaya menghentikan ketergantungan impor daging dengan menggenjot produksi lokal demi kemandirian pangan nasional,” tutup Johan Rosihan.

Artikel Terkait