Kisah Dua Pengungsi Rohingya yang Terselamatkan Usai Terlantar di Tanjung Selamat
Sumatra Utara

Dua pria yang terkulai lelah dan kelaparan tampak berjalan kaki menyusuri jalanan Desa Tanjung Selamat, Sumatera Utara, Selasa (7/1/2025). Mereka mengenakan sarung dan membawa bungkusan plastik kresek berisi pakaian.
Mereka adalah pengungsi Rohingya, yang kabur dari tempat penampungan, terlunta-lunta tanpa arah. Mereka akhirnya ditemukan oleh warga yang peduli dan kisah mereka pun berlanjut hingga tangan pihak berwenang.
Dua pria tersebut pertama kali terlihat oleh warga yang kebetulan berada di sekitar Tanjung Anom. Berjalan kaki tanpa tujuan jelas, mereka tampak kebingungan. Seperti ada sesuatu yang tidak beres dengan kondisi mereka.
Baca Juga: Polisi : Siswa SMPN 132 Jakarta Tewas Tergelincir Diduga Hendak Merokok
"Mereka terlihat luntang-lantung, kami khawatir dan langsung mengarahkannya ke Batalion Arhanud," ujar Hariono selaku Sekretaris Desa Tanjung Selamat, yang mengenali ketidakberesan tersebut, Kamis (9/1/2025).
Setelah dipandu oleh petugas militer, kedua pria itu akhirnya sampai di kantor Desa Tanjung Selamat. Warga desa yang menyambut mereka tak hanya terkejut dengan kondisi fisik mereka yang lelah, tetapi juga dengan cara mereka berkomunikasi.
Tanpa bisa berbicara dengan kata-kata, kedua pria itu menggunakan bahasa isyarat untuk mengungkapkan kelaparan dan keputusasaan yang mereka rasakan. "Mereka seperti disekap sebelumnya dan kemudian melarikan diri. Kami memberi mereka makan untuk mengembalikan tenaga mereka," tambah Hariono.
Baca Juga: Pabrik Baterai Hyundai Digerebek Petugas Imigrasi di AS, Kenapa?
Sementara itu, misteri mulai terungkap. Kedua pria itu memberikan nomor telepon kepada perangkat desa. Setelah dihubungi, sebuah suara perempuan menjawab, berbicara dalam bahasa Urdu, yang tidak dimengerti oleh petugas desa.
"Kami rasa mungkin perempuan itu ada di Malaysia, tapi kami tidak tahu pasti," ucap Hariono menebak-nebak. Penyelidikan pun berlanjut, dengan dugaan kuat bahwa kedua pria ini adalah bagian dari kelompok pengungsi Rohingya yang kabur dari tempat pengungsian di Aceh.
"Kami menduga mereka mungkin dijanjikan pekerjaan, kalau tidak, bagaimana bisa mereka sampai ke sini? Bisa jadi mereka dibawa orang, lalu kabur," ucap Hariono.
Menyadari bahwa mereka tidak bisa mengatasi masalah ini seorang diri, perangkat desa kemudian menyerahkan kedua pria tersebut ke Polsek Sunggal, yang selanjutnya menyerahkannya kepada Imigrasi.
Kapolsek Sunggal, Kompol Bambang Gunanti Hutabarat, mengonfirmasi bahwa kedua pria itu telah diserahkan dalam kondisi sehat. Karena kendala bahasa yang serius, kedua pria itu tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia atau Inggris, belum ada kejelasan lebih lanjut tentang apakah mereka adalah korban perdagangan manusia.
“Sepertinya sulit bagi kami untuk mengonfirmasi lebih lanjut. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan mereka dengan lancar. Mungkin pihak Imigrasi yang bisa memberikan penjelasan lebih dalam,” cetus Bambang.