Lapo No Name dan Upayanya Dalam Mengubah Stigma Masyarakat
Lifestyle

FT News - Hampir tiap daerah di Indonesia punya minuman beralkohol tradisional yang biasa diminum saat acara-acara tertentu. Seperti misalkan di Jawa ada, Ciu, Sopi minuman alkohol tradisional yang banyak dijumpai di Maluku, NTT dan Sulawesi Utara. Arak di Bali dan tentunya tuak di Sumatera Utara (Medan).
Khusus untuk tuak, banyak orang yang menikmatinya di kedai (lapo tuak). Lapo tuak biasanya menjadi tempat pelepas penat bagi orang-orang yang lelah seharian bekerja. Namun dalam perkembangannya kini, tak jarang lapo tuak malah menjadi tempat pemicu keonaran karena ulah oknum peminum yang tak bertanggung jawab saat mabuk.
Bagi Owner Lapo No Name, EphraimTarigan tugas untuk mengubah stigma negatif terhadap lapo tuak perlahan sudah mulai membuahkan hasil. Indikasinya, di lapo yang didirikannya sekitar tahun 2016 lalu, ada beberapa peminum tuak wanita yang datang tanpa ragu ke Lapo No Name untuk minum tuak.
Baca Juga: Tidak Diusir, Warga Deli Serdang Lakukan Ini ke Pengungsi Rohingya yang Terdampar
"Tujuan utama didirikannya Lapo No Name, mengubah stigma masyarakat terhadap tuak dan peminum tuak. Upaya ini menurutku sudah mulai berhasil. Indikasinya, sudah ada penikmat tuak wanita yang datang tanpa ragu memesan tuak dan menikmatinya dengan caranya sendiri," ungkap 'Boim'.
Namun, Boim juga menyimpan keresahan dengan menjamurnya lapi tuak ke kinian di Medan yang menurutnya hanya murni berorientasi pada bisnis semata. Tidak lagi menjunjung kenyamanan dan kebersamaan sesama peminum tuak (parmitu) dan tamu. Ini yang menyebabkan sering terjadinya pertengkaran antarsesama parmitu. Akibatnya para parmitu tetap dicap negatif.
Padahal, tidak semua parmitu resek. Demi menjaga kenyaman pelanggan (parmitu) sebagai owner Lapo No Name, Boim tak segan menegur bahkan mengusir para pembuat onar di Laponya. "Ada yang ribut langsung saya bilang gak usah lagi datang kemari kau ya," sebutnya.
Baca Juga: Hasil Spektakuler Show 5, Anjelia Domianus Kontestan Asal Medan Tereliminasi
Dalam perkembangannya, Lapo No Name tidak hanya sekadar menjadi tempat nongkrong para parmitu saja. Belakangan, Lapo Nonam juga menjadi ruang kreatif alternatif di Kota Medan. Lapo Noname rutin menggelar acara-acara musik dengan konsep Do It Yourself (DIY) tanpa sponsor dan melibatkan talent yang tampil dalam mengeksekusi acaranya. Event yang rutin digelar Lapo Noname salah satunya Mutualism Fest yang sudah berjalan 4 sesi.
"Mutualism Fest konsepnya memang benar-benar DIY dengan melibatkan penuh talent. Hasil dari penjualan tiket dan marchendise juga penjualan makanan dan minuman keuntungannya dibagi rata untuk talent dan penyelenggara acara. Membangunnya bukan full bisnis tapi menjadikan pelanggan sebagai family," sebut Boim.
"Salah satu visinya Lapo No Name ini menjadi wadah kreativitas. Apalagi pemusik underground tidak semua bisa diterima masyarakat. Kami juga pernah buat acara tinju di lapo ini. Lapo bukan sekadar jadi tempat transaksi jual beli minuman saja. Tapi jadi tempat kreatifitas. Mutualism Fest sudah berjalan 4 session. Antusias Mutualism Fest ke-3 dengan tema etnik cukup pecah. Karena acara ini dihadiri oleh Dosen dan Kajur Unimed. Mindset orang yang hadir sekarang tidak lagi melihat lapo sebagai tempatnya orang-orang peminum saja," beber Boim.
Yang buat Lapo No Name beda dengan lapo lainnya, salah satunya, Noname memang diproyeksikan sebagai wadah kreatifitas. Mengapa Noname bisa menjadi ruang kreatif? Karena menurut Boim setiap kawan-kawan yang buat event di Lapononame tidak pernah dikenakan uang tempat. Yang terpenting, penjualan di Lapo No Name tidak terganggu.
Lapo No Name Parmitu sedang bersantai usai menikmati tuak di Lapo No Name.[ist]
Berdirinya Lapo No Name bermula dari ketidak sengajaan dan kesukaan Boim minum tuak. Kala itu ia bertemu paragat (penjual nira-red) di tengah jalan, dan disuruh mengantar 1 kaleng perhari untuk beberapa teman peminum. Karena sering dijadikan tempat ngumpul, pemilik kos komplain dan menyarankan supaya ia menutup lokasinya.
Karena terlanjur pasar sudah terbentuk, sekitar tahun 2016 Boim dan kawan-kawan cari lahan untuk kedai tuaknya dan ketemu lahan di Jalan Harmonika Baru yang jadi Lapo Noname sekarang.