Mahathir Murka, Malaysia Jual Kedaulatan Kepada AS Lewat Perjanjian Baru
Selain itu, Malaysia juga harus menindak perusahaan yang dimiliki negara lain jika dianggap menjual barang di bawah harga pasar ke AS—klausul yang dinilai mengarah pada Tiongkok.
Malaysia Dianggap Terikat Kepentingan AS
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. [Instagram]
Mahathir menuding perjanjian itu membuat Malaysia kini “terikat” untuk membeli berbagai produk dari AS seperti pesawat, gas, dan mesin industri.
Ia juga menyoroti pemberian akses lebih besar bagi perusahaan AS terhadap sumber daya tanah jarang di Malaysia. Menurutnya, kebijakan itu berisiko besar karena membuka pasar domestik sesuai dengan kepentingan ekonomi Amerika.
“Jika pemerintah ini berpikir bisa keluar sepihak dari perjanjian lewat klausul keluar, mereka jelas tak memahami bagaimana perjanjian internasional bekerja,” ujarnya.
Pemerintah Malaysia Bantah dan Klarifikasi
Menanggapi kritik tersebut, Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Abdul Aziz, menegaskan bahwa perjanjian perdagangan itu tidak akan mengorbankan kepentingan nasional.
Ia mengatakan, tindakan apa pun hanya akan dilakukan jika berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan keamanan nasional bersama.
“Kata kuncinya adalah berbagi. Jika sebuah kebijakan hanya menguntungkan AS tanpa dampak bagi Malaysia, maka kita tidak wajib ikut menyesuaikan,” jelas Zafrul.
Meski demikian, pernyataan Mahathir telah memicu gelombang kritik publik yang menuntut transparansi penuh dari pemerintah atas isi dan implikasi perjanjian tersebut terhadap kedaulatan ekonomi Malaysia.
Sumber: Malaysia Kini