Mengeluh 15-20 Kali Per Hari, Hati-hati Berdampak Buruk Bagi Otak
Kesehatan

Forumterkininews.id, Jakarta - Mengeluh merupakan sifat alamiah manusia. Hal ini sangat wajar jika kita merasakan ketidakpuasan dalam hidup. Mengeluh adalah reaksi negatif dari manusia saat mengalami masalah yang tidak sesuai dengan keinginan atau semacamnya.
Bukan hanya ketika dihadapkan dengan masalah seseorang mengeluh, namun banyak hal juga yang membuat seseorang mengeluh seperti kemacetan, pekerjaan, atau lainnya.
Mungkin, awalnya keluhanmu akan memberikan simpati pada orang yang mendengarkan. Namun, tahukah kamu bahwa dengan mengeluh kamu membagi energi negatif kamu kepada orang yang mendengarkan. Hal itu tentunya juga melelahkan bagi orang yang mendengarnya.
Baca Juga: BPOM: 23 Obat Sirop Pasien Gagal Ginjal Aman, Ini Daftarnya
Selain mengeluh memberikan energi negatif kepada yang mendengarkan, terus-terusan mengeluh juga berdampak buruk pada tubuh loh!
Mengutip laman m1psychology.com, rata-rata orang mengeluh antara 15-30 kali sehari. Meskipun maksud dari mengeluh adalah melampiaskan perasaan yang kita rasakan, nyatanya mengeluh memiliki dampak yang signifikan pada otak dan kebahagiaan kita.
Tingkatkan Risiko Penyakit
Baca Juga: Ahli Uji Coba Transplantasi Jantung dan Ginjal Babi ke Tubuh Manusia
Mengeluh memiliki dampak buruk pada otak kita. Sebuah penelitian dari Universitas Stanford menemukan bahwa mengeluh memiliki dampak mengurangi ukuran hipokampus.
Hipokampus merupakan bagian kecil di otak yang bertanggung jawab untuk memori dan pemecahan masalah. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa mengeluh atau mendengarkan orang lain mengeluh selama lebih dari 30 menit dapat merusak otak kita.
Otak memiliki konstelasi celah sinaptik antar sinapsis. Ketika kita berpikir, satu sinapsis akan mengirim sinyal kimia melewati celah sinaptik ke sinapsis lainnya. Setiap kita memikirkan hal yang sama, terbangunlah jembatan antar celah tersebut sehingga sinyal listrik dapat berjalan.
Setiap kali ada sinyak listrik, sinapsis-sinapsis akan semakin berdekatan. Hal ini akan mempermudah otak kita untuk terpicu berpikir hal tersebut.
Saat kita memiliki sebuah pemikiran, akan lebih mudah bagi kita untuk memikirkan hal itu lagi dan lagi. Begitu pula saat mengeluh, hal ini akan membuat otak mengalami pemikiran negatif secara acak mengenai aktivitas sehari-hari.
Mengutip unggahan Instagram dari seorang dokter di akun @itafajriatamim, sebuah penelitian yang dipublikasi pada Archives of General Psychiatry mengatakan, mengeluh dapat meningkatkan kadar hormon kortisol. Di mana hormon tersebut membuat otak mengalirkan darah ke organ-organ yang tak esensial. Sehingga kebiasaan mengeluh dapat memicu risiko pada penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan stroke.
Penelitian yang diterbitkan juga dalam Archives of General Psychiatry menemukan orang yang optimis cenderung hidup lebih lama dari pada orang pesimis. Orang yang optimis memiliki risiko kematian 55 persen lebih rendah dan 23 persen lebih kecil kemungkinan meninggal karena penyakit jantung.
Setiap kali kita menghadapi segala sesuatu, kita dapat memilihnya. Sebelum mengeluh kita bisa melihat sisi lain untuk belajar lebih fokus pada situasi yang kita hadapi. Ubah keluhan kita jadi rasa syukur yuk!