Mengenal Green Theology yang Dipromosikan Menteri Agama

Sosial Budaya

Senin, 16 Desember 2024 | 15:40 WIB
Mengenal Green Theology yang Dipromosikan Menteri Agama
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar mempromosikan green theology. (Foto: Ist)

Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar memperkenalkan sebuah konsep pelestarian lingkungan berbasis agama. Konsep itu bernama green theology atau eco-theology.

rb-1

Diketahui, beberapa waktu belakangan dunia dilanda krisis iklim yang berdampak cukup parah terhadap kehidupan di bumi. Krisis tersebut dikarenakan oleh rusaknya lingkungan yang dilakukan oleh manusia.

Berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, semakin gencar untuk mengurangi risiko atau dampak yang dihasilkan dari kerusakan lingkungan.

Baca Juga: Tahun Baru Islam 1447 H, Menag: Momentum Menuju Kehidupan Lebih Bermakna

rb-3

Konsep menjaga lingkungan kini semakin berkembang dan terkait dengan spiritualitas. (Foto: Ist)

Melalui beberapa forum global, semakin banyak negara yang mengadopsi sejumlah kebijakan demi menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

Semakin banyak pihak yang memperkuat komitmen untuk membatasi suhu, global dan mengurangi jejak karbon, salah satunya melalui Perjanjian Paris. Di sisi lain, selain kebijakan teknis dan ilmiah, ada juga upaya yang melibatkan nilai spiritual dan agama sebagai landasan moral dalam pelestarian lingkungan.

Green Theology atau eco-theology yang dalam bahasa Indonesia disebut ekoteologi adalah sebuah ilmu yang membahas korelasi antara agama dengan alam atau lingkungan. Konsep ini menekankan hubungan antara spiritualitas manusia dengan kerusakan alam.

Baca Juga: Harapan Menag Nasaruddin Umar di Hari Raya Waisak 2025: Memperkuat Toleransi, Saling Menghargai Dalam Keberagaman

Ekoteologi juga menekankan hubungan yang seimbang antara Tuhan, alam dan manusia. Ketiganya saling terkait secara sistemik, di mana Tuhan adalah pencipta alam dan manusia.

Manusia diberi tanggung jawab besar sebagai khalifah atau penjaga alam dan lingkungan. Jika alam rusak, artinya manusia telah mengabaikan tugasnya sebagai penjaga bumi yang sudah dimanfaatkan oleh Tuhan. Alam juga tidak boleh diperlakukan dengan semena-mena.

Seorang ulama terkemuka asal Turki, Said Nursi mengatakan bahwa manusia merupakan mahluk ekologis. Manusia adalah mahluk yang menyatu dengan alam dan tidak akan pernah bisa hidup tanpa alam.

Alam menyediakan sumber kehidupan yang dibutuhkan manusia, seperti air, udara, tanah dan lainnya. Oleh karena itu, tidak baik jika manusia menyalahgunakan amanah Tuhan dengan merusak tatanan alam dan keseimbangan ekologis yang ada.

Nasaruddin Umar menuturkan bahwa agama memiliki peran melalui aksi nyata untuk menjaga bumi sebagai amanah Tuhan. Menurutnya, ekoteologi dapat menjawab tantangan lingkungan yang semakin tipis.

Menjaga bumi dimulai dari menjaga kerusakan lingkungan. (Foto; Ist)

“Segala sesuatu harus kembali ke teologi. Kami memperkenalkan green theology sebagai cara untuk menjawab tantangan lingkungan yang semakin kritis,” ungkapnya melalui rilis Kementerian Agama RI.

Tidak hanya itu, narasi spiritual (mythos) juga berperan penting dalam membahas isu-isu lingkungan yang marak terjadi seperti polusi dan kerusakan sosial.

Nasaruddin Umar menegaskan, jika pendekatan yang mengedepankan rasa hormat terhadap tradisi agama lain dapat membangun solidaritas yang kuat.

Dengan demikian, semua pihak dapat saling bahu-membahu untuk menghadapi isu global, termasuk krisis lingkungan. Menurutnya, agama dan kepercayaan apa pun pasti akan meminta manusia untuk menjaga lingkungan.

Nasaruddin Umar juga mengajak semua pihak untuk mempromosikan green theology. Melalui pendekatan ini, Nasaruddin Umar mengaku optimis dapat menyatukan umat manusia demi masa depan bumi yang lebih baik.

“Jika kita bekerja dengan hati, maka tidak ada yang membedakan kita. Semua agama pasti mendukung kebaikan, termasuk menjaga lingkungan,” tandasnya.

Tag Nasaruddin Umar Green Theology Menjaga Lingkungan

Terkini