Menkes: Warga Indonesia Terinfeksi TBC Diperkirakan Capai 1 Juta Orang
Nasional

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi tuberkulosis (TBC) diperkirakan mencapai satu juta orang. Namun, hanya sekitar 400 ribu di antaranya yang telah menjalani pengobatan.
Menurut Budi, rendahnya angka pengobatan ini disebabkan kurangnya edukasi masyarakat mengenai bahaya penyakit TBC, sehingga banyak yang enggan atau belum memeriksakan diri.
“Dalam setahun, satu juta orang bisa meninggal karena TBC jika tidak diobati. Dari jumlah itu, yang ditemukan dan berobat hanya sekitar 400 ribuan,” ujar Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi Double Check yang digagas DPP Gempita di Cemara Galeri 6, Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5/2025).
Baca Juga: Double Check: Ini Tiga Program Utama Sektor Kesehatan Prabowo Subianto
Budi menekankan bahwa risiko penularan TBC sangat tinggi, meskipun sering kali tidak terdeteksi secara langsung.
“Kita nggak tahu, di ruangan ini ada yang kena TBC atau tidak. Risikonya tinggi. Jadi, sekarang kita lakukan skrining terhadap 10 juta orang, dan semua yang positif diberi pengobatan,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. Jika pengobatan terhenti, bakteri TBC bisa menjadi resisten dan semakin sulit disembuhkan.
Baca Juga: Apa Tugas dan Fungsi PCO? Hasan Nasbi Mundur dari Jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan
“Saat ini, sekitar 80 persen pasien bisa menularkan TBC. Kalau mereka berhenti berobat di tengah jalan, bisa jadi resisten, dan pengobatannya harus diulang lagi,” paparnya.
Terkait vaksin TBC, Budi menyebutkan bahwa pengembangannya telah mencapai tahap uji klinis fase tiga. Namun, ia mengingatkan bahwa belum ada jaminan soal kecocokan vaksin tersebut dengan tubuh masyarakat Indonesia.
“Uji klinis vaksin TBC sudah masuk tahap tiga. Tahap pertama, yakni keamanan (safety), sudah lolos. Tapi apakah vaksin ini efektif menyembuhkan dan cocok untuk tubuh orang Indonesia masih harus diteliti lebih lanjut, karena setiap populasi bisa memberikan respons berbeda,” ujarnya.
Meski begitu, proses uji vaksin TBC dilakukan sesuai dengan protokol ketat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan melibatkan para ahli dari berbagai institusi pendidikan tinggi di Indonesia.
“Proses uji klinis mengikuti standar WHO dan semua tahapan dilakukan sesuai protokol. Kami juga bekerja sama dengan para ahli dari UI dan Unpad dalam uji klinis tahap tiga ini,” tutur Budi.
(Selvianus Kopong Basar)