Sumatera Utara

Pertumbuhan Ekonomi Sumut Melambat di Kuartal III 2025, Daya Beli Warga Melemah

06 November 2025 | 18:14 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Sumut Melambat di Kuartal III 2025, Daya Beli Warga Melemah
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. [Dok istimewa]

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) pada kuartal III tahun 2025 mengalami perlambatan.

rb-1

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Sumut tumbuh sebesar 4,55% (year on year/yoy), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,69% yoy.

Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin menilai, tren perlambatan ini menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat serta lambatnya realisasi belanja pemerintah di daerah.

Baca Juga: Amankan Hari Raya Idul Fitri 1446 H, Polda Sumut Kerahkan 12 Ribu Personel dan Siapkan 167 Pospam

rb-3

“Sektor konstruksi menjadi indikator yang jelas menggambarkan lemahnya belanja pemerintah. Selama dua kuartal terakhir, sektor ini nyaris tidak tumbuh,” ujar Gunawan Benjamin kepada wartawan, Kamis (6/11/2025).

Ilustrasi rupiah simbol ekonomi. [Pexels]Ilustrasi rupiah simbol ekonomi. [Pexels]

Gunawan menjelaskan, sektor konstruksi hanya tumbuh 0,02% pada kuartal II dan 0,01% pada kuartal III. Kondisi ini menunjukkan efisiensi anggaran pemerintah yang berdampak langsung terhadap roda ekonomi daerah.

Baca Juga: Terima B1-KWK dari Hanura, Edy Rahmayadi: Jadi Tambahan Semangat

Sementara itu, sektor industri pengolahan terlihat sedikit membaik dengan pertumbuhan 4,11%, terutama didorong oleh tingginya permintaan ekspor produk hilir kelapa sawit. Namun, menurut Gunawan, pemulihan ini belum cukup untuk mendongkrak kinerja ekonomi secara keseluruhan.

“Secara kumulatif sepanjang 2025, industri pengolahan masih stagnan dibanding tahun sebelumnya. Hanya sektor pertanian, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan yang menunjukkan peningkatan terbatas,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gunawan menyoroti konsumsi rumah tangga yang mengalami kontraksi dan menjadi sinyal utama pelemahan daya beli masyarakat.

Berdasarkan data, belanja rumah tangga terkontraksi 0,26% secara kuartalan, tumbuh melambat menjadi 4,69% yoy, dan mencatatkan angka yang sama secara kumulatif. Padahal, konsumsi rumah tangga berkontribusi besar terhadap pembentukan **PDRB Sumut, yakni mencapai 50,59%.

“Melemahnya konsumsi rumah tangga jelas menunjukkan adanya penurunan kemampuan masyarakat dalam berbelanja. Ini tanda daya beli sedang lesu,” ujar Gunawan.

Dalam situasi ini, ia memprediksi pemerintah pusat dan daerah akan berupaya memulihkan daya beli masyarakat dengan menggelontorkan berbagai bantuan sosial (bansos) seperti beras, minyak goreng, dan uang tunai.

Ilustrasi belanja. Gemini AiIlustrasi belanja. Gemini Ai

“Langkah ini adalah bentuk intervensi instan yang memang dibutuhkan jangka pendek. Namun sayangnya, kebijakan ini tidak menyentuh akar persoalan daya beli,” tegasnya.

Gunawan menilai, pemerintah masih akan terjebak pada skema kebijakan jangka pendek yang sifatnya hanya menahan penurunan daya beli sementara waktu.

“Untuk jangka panjang, belum ada kebijakan yang benar-benar mampu memperbaiki struktur ekonomi dan memperkuat daya beli masyarakat,” katanya.

Ia juga memperkirakan bahwa pada kuartal IV 2025 nanti, sebagian besar sektor usaha di Sumut akan **bergerak mendatar** atau stabil, tanpa lonjakan signifikan dari kinerja kuartal sebelumnya.

“Artinya, tanpa perubahan kebijakan yang lebih fundamental, ekonomi Sumut akan berjalan stagnan hingga akhir tahun,” tutup Gunawan.

Tag Ekonomi Sumut Pertumbuhan ekonomi Melambat