Pulau Jawa Terlihat Merah Menyala, Faktor Cuaca Panas?
 151020255.jpg)
Belakangan ini warganet di media sosial X kembali dihebohkan oleh beredarnya citra satelit yang memperlihatkan Pulau Jawa tampak merah menyala seolah-olah sedang terbakar.
Gambar yang pertama kali dibagikan di media sosial pada Senin, 13 Oktober 2025, menunjukkan warna merah pekat yang menutupi sebagian besar wilayah Jawa. Mulai dari Yogyakarta, Sumenep, Semarang, Bandung, Cianjur, Jakarta, hingga Cilegon.
Baca Juga: Fenomena Hari Tanpa Bayangan Akan Dialami Warga Jawa Timur, Intip Lokasi dan Waktunya
Di beberapa titik lain, seperti Purwodadi, Jepara, Mojokerto, Cirebon, dan Madiun, warna yang tampak memang sedikit lebih terang, namun tetap didominasi nuansa merah muda hingga putih kekuningan yang mengesankan suhu panas ekstrem.
Sehari setelahnya, akun lain turut membagikan citra serupa namun dengan fokus berbeda, yaitu pada kawasan utara Pulau Jawa serta perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Suhu di Berbagai Lokasi di Pulau Jawa
Baca Juga: Bali Jadi Pulau Terpadat Kedua di Dunia, Posisi Pertama Masih di Indonesia
Ilustrasi sebuah kota di Indonesia sedang mengalami suhu panas (Meta AI)
Pati terlihat menyala terang dengan suhu 33 derajat Celsius, sedangkan Sragen menjadi salah satu daerah terpanas dengan suhu mencapai 37 derajat Celsius.
Ploso mencatat 35 derajat, Madiun 36 derajat, sedangkan Wonogiri, Blora, dan Bojonegoro masing-masing berada di kisaran 32 derajat Celsius.
Melihat fenomena ini, banyak warganet bertanya-tanya. Apakah Pulau Jawa benar-benar sedang mengalami gelombang panas besar-besaran? Ataukah citra satelit tersebut menandakan adanya bahaya iklim yang lebih serius?
Analisa BMKG
buatkan gambar di kota di indonesia sedang mengalami suhu panas
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG pun memberikan penjelasannya.
Analis Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Tengah, Zauyik, menjelaskan bahwa pada bulan Oktober 2025, posisi Matahari dalam gerak semunya berada tepat di sekitar garis khatulistiwa dan tengah bergerak menuju
Belahan Bumi Selatan. Kondisi ini membuat Matahari tampak berada tepat di atas Indonesia, terutama Pulau Jawa, sehingga sinarnya terasa jauh lebih menyengat dari biasanya.
Zauyik juga menambahkan bahwa wilayah Jawa Tengah saat ini sedang berada pada masa peralihan atau pancaroba. Musim transisi ini ditandai dengan curah hujan yang belum merata, kelembapan udara yang tinggi, namun suhu lingkungan juga ikut meningkat.
Kombinasi antara udara lembap dan panas inilah yang menciptakan sensasi gerah dan membuat tubuh cepat lelah.
Hal senada juga disampaikan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto. Ia mengatakan bahwa faktor lain yang membuat cuaca terasa semakin panas adalah berkurangnya pertumbuhan awan, terutama di wilayah selatan Indonesia.
Ketika awan jarang muncul, tidak ada yang menghalangi sinar Matahari, sehingga panasnya langsung mengenai permukaan bumi dan tubuh manusia.
Secara umum, suhu ideal daerah perkotaan memang berkisar antara 31 hingga 34 derajat Celsius. Namun, pergeseran posisi Matahari ke selatan menyebabkan beberapa wilayah bisa terasa lebih panas dari biasanya.
Meski demikian, BMKG menegaskan bahwa Indonesia sebenarnya sudah mulai memasuki musim hujan sejak bulan Agustus 2025. Hanya saja, karena wilayah Indonesia sangat luas, kedatangannya tidak terjadi secara bersamaan.
Diperkirakan hampir seluruh wilayah akan benar-benar memasuki musim hujan pada November 2025, disusul potensi cuaca ekstrem di beberapa daerah seperti Sumatera Utara dan wilayah tengah Pulau Jawa.
Jadi, citra “merah menyala” yang viral itu bukan berarti Pulau Jawa sedang terbakar atau berada dalam kondisi darurat, melainkan gambaran suhu permukaan yang wajar terjadi saat pancaroba dan posisi
Matahari tepat berada di atas Indonesia. Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk menjaga kesehatan, memperbanyak minum air, dan menghindari aktivitas berat di bawah terik Matahari. Karena meskipun fenomena ini alami, tubuh manusia tetap membutuhkan perlindungan.