Rezim Assad di Suriah Tamat, Israel Diduga Senang
Politik
.jpeg)
Tamatnya rezim Bashar Al Assad di Suriah disebut membuat Israel senang. Dilansir dari Al Jazeera, Senin (9/12), Wakil Presiden Eksekutif di Quincy Institute for Responsible Statecraft, Trita Parsi mengatakan bahwa Israel kemungkinan senang dengan situasi yang ada di Rusia saat ini.
“Di satu sisi, sangat positif bagi mereka untuk memberikan pukulan yang signifikan terhadap Iran, terhadap akses Iran ke Lebanon dan terhadap poros secara keseluruhan. Namun, di sisi lain, apa yang akan terjadi selanjutnya?” ucap Trita Parsi di Doha Forum.
Trita Parsi menuturkan, di masa lalu, pemerintah Israel lebih memilih Bashar Al Assad daripada oposisi karena pemerintahannya tidak menjadi ancaman bagi negeri Zionis itu. Walau begitu, dalam beberapa bulan terakhir, perspektif Israel dinilai telah bergeser.
Baca Juga: Usai Kebakaran Hutan Dahsyat, Israel Kini Diterjang Banjir dan Longsor
Trita Parsi tidak menjelaskan lebih detail mengenai pergeseran perspektif Israel ini. Ia hanya menambahkan bahwa situasi ini pun tidak sepenuhnya disukai oleh Israel.
“Yang jelas mereka memanfaatkan karena mereka membangun zona penyangga. Tidak ada keberatan dari komunitas internasional, begitu juga dari Amerika Serikat. Namun, hal itu sepertinya tidak akan terjadi tanpa pemerintah Suriah yang baru mempermasalahkannya,” tutur Trita Parsi.
Trita Parsi menyampaikan, kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), selaku pemimpin pemberontakan di Suriah, saat ini tidak mendapat dukungan dari Palestina.
Baca Juga: Timur Tengah Semakin Memanas, Giliran Irak yang Tembak Drone ke Israel
Pasalnya, HTS bersikap seolah isu Palestina bukanlah yang terpenting yang menggerakkan Timur Tengah.
“Gagasan bahwa pemerintah Suriah yang baru ini tiba-tiba berpura-pura seolah isu Palestina bukanlah salah satu isu terpenting yang menggerakkan seluruh Timur Tengah, menurut saya sangat mengejutkan. Saya sama sekali tidak percaya bahwa hal itu mungkin terjadi,” katanya.
Presiden Suriah Bashar Al Assad digulingkan oleh kelompok pemberontak pada Minggu (8/12). Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh HTS merebut Damaskus dalam serangan kilat hingga Al Assad melarikan diri ke Rusia.
Penggulingan ini begitu mengejutkan karena terjadi sangat cepat dalam waktu kurang dari 10 hari. Kelompok pemberontak berhasil merebut wilayah-wilayah yang diduduki rezim Al Assad hanya dalam waktu satu minggu.
Upaya penggulingan ini sebetulnya telah terjadi sejak lebih dari satu dekade. Suriah dilanda perang saudara selama 13 tahun sebagai dampak dominasi kekuasaan Bashar Al Assad.
Saat ini, pemerintahan Suriah akan dipegang sementara oleh mantan Perdana Menteri Mohammed Ghazi Al Jalali. Al Jalali telah ditunjuk oleh HTS untuk mengawasi jalannya kementerian dan lembaga negara hingga pemerintahan baru menyelesaikan masa transisi.