Sanae Takaichi Selangkah Lagi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang
 061020258.jpg)
Partai konservatif yang berkuasa di Jepang telah memilih Sanae Takaichi sebagai pemimpin barunya. Pemilihan membuat perempuan berusia 64 tahun itu kemungkinan menjadi perdana menteri perempuan pertama dalam sejarah Jepang, hingga persetujuan parlemen 2 pekan ke depan.
Takaichi termasuk di antara kandidat yang lebih konservatif, condong ke sayap kanan partai yang berkuasa. Mantan menteri, pembawa acara TV, dan penggebuk drum musik heavy metal ini adalah salah satu tokoh paling dikenal — sekaligus paling kontroversial — di politik Jepang.
Tantangan Takaichi
Baca Juga: Viral! Suporter Indonesia Membanjiri Osaka, JFA Sampai Minta Maaf
Dikutip BBC, Sanae Takaichi menghadapi banyak tantangan, termasuk menghadapi ekonomi yang lesu serta rumah tangga yang kesulitan akibat inflasi terus-menerus dan upah yang stagnan. Takaichi juga harus menavigasi hubungan AS–Jepang yang tegang dan menuntaskan kesepakatan tarif dengan pemerintahan Trump yang disetujui oleh pemerintahan sebelumnya.
Jika dikonfirmasi sebagai perdana menteri, salah satu tantangan utamanya adalah mempererat persatuan partai setelah beberapa tahun penuh gejolak yang diwarnai skandal dan konflik internal.
Baca Juga: Pangeran Hisahito dari Kekaisaran Jepang Muncul di Acara Istana, Kini Berusia 19 Tahun
Takaichi telah lama mengagumi Perdana Menteri perempuan pertama Inggris, Margaret Thatcher, dan kini ia semakin dekat untuk mewujudkan ambisi ‘Iron Lady’-nya. Namun banyak pemilih perempuan tidak melihatnya sebagai pendukung kemajuan perempuan.
Takaichi adalah konservatif garis keras yang telah lama menentang undang-undang yang memperbolehkan perempuan mempertahankan nama gadisnya setelah menikah, dengan alasan hal itu bertentangan dengan tradisi. Ia juga menentang pernikahan sesama jenis.
Arah Kebijakan Takaichi
Sanae Takaichi. (x @takaichi_sanae)
Sebagai murid politik dari mendiang mantan pemimpin Shinzo Abe, Takaichi berjanji akan menghidupkan kembali visi ekonomi Abe, yang dikenal sebagai Abenomics — mencakup pengeluaran fiskal besar dan pinjaman murah.
Politisi senior LDP ini juga dikenal berpendirian keras dalam hal keamanan dan bertekad untuk merevisi konstitusi pasifis Jepang. Ia kerap mengunjungi kuil kontroversial Yasukuni, tempat di mana para korban perang Jepang — termasuk beberapa penjahat perang yang telah divonis — diperingati.
Ia kemungkinan besar akan dikonfirmasi oleh parlemen, meskipun tidak otomatis seperti para pendahulunya, karena partai yang berkuasa kini berada dalam posisi yang jauh lebih lemah setelah kehilangan mayoritas di kedua majelis.