Soroti Program Ramadan, MUI Desak KPI Beri Teguran untuk Raffi Ahmad dan Dua Stasiun Televisi
Lifestyle

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat untuk segera memanggil dan menegur dua stasiun televisi, SCTV dan TransTV, terkait program siaran Ramadan yang menampilkan Raffi Ahmad.
Permintaan ini didasarkan pada hasil pemantauan MUI selama Ramadan 1446 H/2025 M menemukan adanya dugaan pelanggaran dalam tayangan Kuis Gaspol di SCTV dan Berkahnya Ramadhan di TransTV.
Pemantauan dilakukan secara rutin sepanjang bulan suci demi memastikan tayangan tetap selaras dengan nilai-nilai Ramadan.
Baca Juga: Viral Video Restoran Raffi Ahmad Sepi Pengunjung, Publik: Ada yang Gak Beres
Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, KH Masduki Baidlowi, menegaskan bahwa kedua stasiun televisi tersebut harus segera dipanggil untuk bertanggung jawab atas tayangan yang dianggap tidak sesuai dengan etika penyiaran.
Ia juga menyoroti peran Raffi Ahmad, yang selain sebagai artis populer, juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, sehingga memiliki pengaruh besar di masyarakat.
"Dalam beberapa tayangan di dua program televisi tersebut, Raffi Ahmad terindikasi mengeluarkan pernyataan dan melakukan adegan yang memiliki kecenderungan menghina/merendahkan martabat manusia, vulgar, dan tidak sejalan dengan nilai-nilai dan makna bulan suci Ramadan," kata KH Masduki dalam laman MUI dikutip pada Kamis (27/3/2025).
Baca Juga: Ibunda Raffi Ahmad Terharu: "Tak Terbayang Anakku Dilantik Presiden Prabowo!"
Salah satu contoh pelanggaran terjadi dalam tayangan Kuis Gaspol di SCTV pada 9 Maret 2025, seorang talent bernama Fanny melakukan joget erotis dengan pakaian ketat.
Saat itu, Raffi Ahmad melontarkan pernyataan kontroversial, "Kalau basah mau diapain?", yang dinilai tidak pantas.
Pada episode ke-145 program yang sama, Raffi juga diduga mengeksploitasi status sosial seorang perempuan dengan berkata, "Janda semakin di depan."
Sementara dalam program Berkahnya Ramadhan di TransTV, dugaan pelanggaran juga ditemukan.
Pada 3 Maret 2025, Raffi Ahmad terlihat membanting Anwar, dan pada 10 Maret 2025, ia memasukkan tisu bekas ke mulut Maxim. Tisu tersebut sebelumnya digunakan untuk mengelap wajah Ivan Gunawan dan Anwar dalam segmen membahas penggunaan make-up.
KH Masduki menegaskan selama bulan Ramadan seharusnya dihormati oleh semua pihak. Terutama media penyiaran, dengan menyajikan program yang beretika dan sesuai dengan pedoman penyiaran.
"Bulan Ramadan adalah bulan suci… sudah sepatutnya bisa dipahami, dihormati, dan diapresiasi oleh berbagai kalangan khususnya media penyiaran dengan menyajikan program yang menghormati, mematuhi etika dan pedoman yang berlaku," tegasnya.
MUI mengingatkan bahwa lembaga penyiaran memiliki tanggung jawab sosial yang besar karena menggunakan frekuensi publik. Oleh sebab itu, mereka diharapkan menayangkan program yang berkualitas dan mendidik masyarakat.
"Media sudah seharusnya memiliki misi profetik, yakni menyerukan kebaikan, menjadi pelopor perubahan, dan membimbing manusia ke arah yang baik dan benar," jelas KH Masduki.
Dengan hasil pemantauan selama 10 hari pertama Ramadan menunjukkan masih adanya tayangan yang dianggap tidak sesuai dengan standar kepatutan.
Di samping itu, Aanggota Tim Pemantauan Ramadan 1446 H MUI, Rida Hesti Ratnasari, menegaskan bahwa MUI tidak memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi, tetapi hanya bisa memberikan rekomendasi.
Dia berharap KPI mengambil tindakan lebih tegas terhadap pelanggaran yang terjadi.
"MUI sangat berharap bahwa KPI lebih tegas lagi dalam memberikan teguran dan tindakan agar mutu siaran mereka jauh lebih baik… termasuk memanggil dan menegur Raffi Ahmad yang saat ini menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden RI," jelas Rida.
Ia juga berharap agar lembaga penyiaran lebih sadar akan tanggung jawabnya dalam menghadirkan tayangan Ramadan yang mendidik, bukan justru menodai kesuciannya.
"Ketika ini bisa dilakukan, maka tidak mustahil kita bisa meningkatkan literasi publik melalui tayangan-tayangan yang mendidik… sehingga bulan suci Ramadan tidak ternodai oleh konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman," tutur Rida. (Reporter: Selvianus Kopong Basar)