Syiar Islam Keluarga H Abdul Soleh Lewat Tjia Khang Ho

Sosial Budaya

Rabu, 20 Maret 2024 | 00:00 WIB
Syiar Islam Keluarga H Abdul Soleh Lewat Tjia Khang Ho

FTNews - Suara gesek gerinda tangan tangan nyaring terdengar ketika FTNews mengunjungi Masjid Tjia Khang Ho di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Masjid ini berarsitektur tidak biasa. Bentuknya menyerupai klenteng; tempat beribadah umat Khonghucu.

rb-1

Masjid Tjia Khang Ho dibangun oleh anak ke-7 dari H Abdul Soleh, H Budiyanto dan cucunya Muhammad Wildan Hakiki. Wildan bercerita sebelum masjid ini dibangun merupakan rumah dari H Abdul Soleh dan keluarganya.

Ide awal pembangunan masjid digagas oleh ayahnya, H Budiyanto. “Setelah kakek nenek saya wafat, ayah saya punya gagasan, daripada rumah ini didiamkan, jadi ayah saya ingin ada sejarah tapak tilas orangtuanya, jadi dibuatlah masjid ini,” tutur Wildan, Dewan Kemakmuran Masjid Tjia Khang Ho kepada FTNews, Selasa (19/3).

Baca Juga: Ketegasan dan Karisma Prabowo di Qatar Economic Forum

rb-3

Tjia Khang Ho ialah nama seorang pria Tionghoa. Kala itu dirinya menikah dengan gadis Betawi bernama Ibu Hj. Rokiyah. Mereka saat itu masih beragama Khonghucu.

Seiring berjalannya waktu, Tjia Khang Ho dan istrinya mulai mengenal Islam dan memutuskan menjadi mualaf sekitar awal tahun 1980 dan berganti nama menjadi Udin.

Kemudian, “beliau pergi haji dan mengganti namanya menjadi Abdul Saleh,” kata Jimmy Gouw, Paman Wildan dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga: Pemilih Internal PKS Cenderung Dukung Anies sebagai Capres

Pembangunan Masjid Tjia Khang Ho, kata Widan, menggunakan pada pribadi dan keluarga. Peletakkan baru pertamanya berlangsung pada 8 Oktober 2022.

Melanjutkan cerita Wildan, Jimmy mengatakan sebelum berdirinya masjid ini adalah rumah kediaman keluarga H Abdul Soleh. Di rumah itu, H Budiyanto membentuk majelis taklim dengan warga muslim sekitar.

Selain itu, ada aktivitas mengaji, shalawat nariyah, pembacaan Surat Yasin dan Tahlil. Lalu, ada kegiatan pembacaan Asmaul Husna setiap dua kali dalam sebulan.

Masjid Tjia khang HoMasjid Tjia khang Ho DKM Masjid Tjia khang Ho. Foto: FTNews/ Adinda Ratna Safira

Kebedaraannya di Antara Umat Khonghucu

Selain menjadi tapak tilas perjalanan keluarga, masjid ini menjadi simbol keterikatan identitas keluarga yang masih keturunan Tionghoa. Masjid ini juga menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama. 

“Hampir 80 persen beragama khonghucu. Dan mereka semua saudara dari almarhum kakek saya semua, makanya kita di sini hidup berdampingan tanpa ada gesekan sedikitpun,” ujar Wildan.

Kehadiran masjid ini, ujar Jimmy untuk menepis stigma non-muslim bahwa Islam intoleran dan radikal. Masjid ini bertujuan untuk menggaungkan syiar Islam dan secara tidak langsung mengajak masyarakat sekitar untuk memeluk agama Islam.

“Mungkin dia dengar suara adzan dengar suara yang merdu mereka jadi tertarik atau dengan kelakuan kita sehari-hari,“ jelas Jimmy.

Jimmy mengaku kehadiran masjid ini bukan untuk memaksakan keyakinan beragama masyarakat. Jimmy meyakini bahwa keyakinan muncul dari dalam diri dan panggilan hati nurani setiap orang.

“Keyakinan diri, kita ga mungkin paksakan untuk salat. Itu panggilan hati aja kalo ngingetin kita wajar,” kata Jimmy.

Wildan mengaku warga non muslim sekitar merasa kagum dengan kehadiran Masjid Tjia Khang Ho. Mereka senang bangunan masjid berbentuk seperti klenteng, tidak seperti masjid pada umumnya dan tidak ada tanggapan negatif atas pembuatan masjid ini.

“Alhamdulillah kita di sini masih keluarga semua. Jadi kita saling menghormati satu sama lain,” tutup Wildan.

Tag Nasional Toleransi Sosial Budaya muslim Tionghoa Masjid Tjia khang Ho

Terkini