Tanggapi Krisis Air di Dunia, Ini Kata Elon Musk!
Sosial Budaya

FTNews - “Jika ada alien datang ke Bumi, mereka akan menamakannya sebagai ‘water’, bukan ‘earth’. Karena 70 persen permukaannya tertutup dengan air, dan 30 persennya dengan daratan,†ujar Elon Musk dalam pembukaan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, Senin (20/5).
Memang, air menutupi sebagian besar permukaan Bumi. Namun, hal tersebut tidak menjanjikan manusia terbebas dari krisis air.
Namun, dalam pidato pembukaan WWF-nya, Elon Musk tidak khawatir akan ancaman krisis air tersebut. “Kita tidak boleh berpuas diri, namun kita bisa optimis bahwa permasalahan air dapat terselesaikan di masa depan,†ujarnya.
Baca Juga: Pembubaran Ibadat Mahasiswa Unpam: Gejala Lemahnya Toleransi
Menurut Elon Musk, peluang manusia untuk menyelesaikan krisis air ini sangatlah tinggi. Terutama, dengan bantuan 70 persen air yang mengitari daratan di Bumi ini. “Saya berbicara dengan beberapa orang pintar di Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa permasalahan krisis air tidak dapat terselesaikan. Faktanya, itu dapat diselesaikan,†lanjut sang pemilik perusahaan Tesla tersebut.
Menurutnya, pemecah permasalahan ini bergantung pada pemerintah negara atau regional tersebut. Kebijakan-kebijakan dari pemerintah tersebut akan menjadi senjata andalan dalam menangkal krisis air di negaranya.
Tidak Semua Orang Mendapatkan Air Bersih
Baca Juga: Bali Jadi Tuan Rumah Konferensi Pemberdayaan Wanita
Ilustrasi kekeringan air. Foto: canva
UNESCO mencatat bahwa sebanyak 2,2 miliar manusia di dunia tidak dapat mengkonsumsi air minum yang layak. Sementara itu, 3,5 miliar atau sekitar 43,75 persen penduduk di Bumi ini, tidak mendapatkan akses air bersih.
“Air, jika dikelola secara berkelanjutan dan adil, dapat menjadi sumber perdamaian dan kesejahteraan. Air juga merupakan sumber kehidupan pertanian, pendorong utama sosio-ekonomi bagi miliaran orang,†jelas Alvaro Lario, Presiden Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD), dan Ketua UN-Water.
Selain itu, UNESCO mencatat bahwa sebanyak 1,4 miliar manusia terdampak dari kekeringan pada tahun 2002 hingga 2021. Sementara itu, di 2022, setidaknya setengah dari populasi dunia yang sejumlah 7,95 miliar pada saat itu, mengalami kekeringan.
Bahkan, seperempat dari jumlah populasi atau hampir 2 miliar populasinya mengalami krisis air yang sangat ekstrem. Mereka mengatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan meningkatnya frekuensi dan tingkat keparahan dari fenomena ini. Selain itu, hal ini juga berdampak terhadap stabilitas sosial dalam sebuah negara atau wilaya.
“Jika tekanan pada ketersediaan air meningkat, maka juga konflik pada tahap lokal dan regional juga akan meningkat. Jika kita ingin menciptakan perdamaian, kita tidak hanya harus menjaga sumber air. Juga, harus meningkatkan keja sama antar regional hingga global di area tersebut,†jelas Audrey Azoulay, Dirjen UNESCO dalam sebuah keterangan.