Temuan Komnas HAM Atas Tragedi Kanjuruhan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyampaikan tujuh temuan hasil investigasi tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober lalu.
Berikut tujuh temuan Komnas HAM:
1. Pintu stadion terbuka
Baca Juga: Di WWF ke-10, Indonesia Siap Gaungkan Penyelamatan Air Bersih
Komnas HAM mengonfirmasi bahwa seluruh pintu stadion, termasuk pintu di sisi selatan, terbuka ketika para suporter berlari tunggang-langgang untuk menyelamatkan diri setelah polisi menembak gas air mata. Adapun pun yang terbuka hanya berukuran 1,5 x 1,8 meter atau cukup untuk dilalui dua orang, dari lebar maksimal 2,7 x 1,8 meter.
Komisioner bidang Penyelidikan dan Pemantauan Komnas HAM Choirul Anam menyebutkan, tragedi di Kanjuruhan selama ini tidak pernah terjadi, meskipun pintu terbuka dengan ukuran yang sama. Namun, karena adanya tembakan gas air mata polisi, para suporter berlari berhamburan dalam jumlah besar pada saat yang sama, sehingga mereka berdesakan dan kehabisan oksigen.
2. Gas air mata ditembak pukul 22.08 Setelah laga Arema kontra Persebaya berakhir, situasi sempat kondusif.
Baca Juga: Tidak Bawa Putri Candrawathi Visum jadi Penyesalan Ferdy Sambo
Sekalipun dalam pertandingan itu, Arema kalah dari tim tamu. Para aremania yang turun ke lapangan hanya untuk menyemangati para pemain jagoan mereka. Alih-alih berbuat rusuh. Situasi kondusif itu berlangsung kurang lebih selama 14-20 menit, sebelum akhirnya gas air mata ditembakkan pertama kali oleh polisi pukul 22.08.59 WIB.
Gas air mata yang ditembakkan terdiri dari beragam jenis, dari mulai warna biru, kuning, hijau, merah, dan dilontarkan sampai ke tribun selatan yang cukup tinggi. Anam mengaku pihaknya telah mengantongi karakteristik senjata yang dipakai polisi malam itu dan sedang menguji selongsong gas air mata yang mereka temukan ke laboratorium. "Dengan menguji gas air mata, kita ingin melihat apa yang terkandung, zat kimia yang terkandung di sana, dan bagaimana efeknya terhadap kesehatan," kata Anam.
3. Botol miras merupakan obat sapi
Setelah kerusuhan terjadi, aparat kepolisian sempat mengklaim menemukan dua dus botol minuman yang diduga berisi minuman keras di Stadion Kanjuruhan. Namun, dari hasil penelusuran Komnas HAM, mereka menyimpulkan bahwa botol yang diduga berisi minuman keras itu rupanya adalah obat sapi. "Memang itu (diproduksi) semacam UMKM yang memproduksi untuk pengobatan sapi," kata Anam.
Anam mengonfirmasi botol-botol tersebut ditemukan di Stadion Kanjuruhan, tepatnya di kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) yang memang terletak di gedung stadion tersebut. Menurut pihak Dispora dan pemilik produk yang disebut ditemui Komnas HAM, dua dus botol obat sapi itu memang diletakkan di sana untuk dititipkan sementara karena hendak diboyong ke Jakarta. "Ini kata mereka ini, bahkan, kalau teman-teman Komnas HAM mau melihat, itu masih banyak barangnya. Nah itu ditunjukkan ke kami, dia jelasin ke kami bahkan dengan botol yang berbeda-beda," jelasnya.
4. Kantongi video kunci kronologi peristiwa
Suara Anam mendadak tercekat, matanya pun sedikit berkaca-kaca ketika menjelaskan kronologi peristiwa terjadinya tragedi itu secara utuh. Sebab, salah satu kunci temuan Komnas HAM justru berasal dari sebuah video yang direkam oleh seorang aremania. Anam menyebut, perekam itu sangat detail menggambarkan situasi. Sejak dirinya berada di tribun penonton hingga akhirnya berada di pintu yang diduga menjadi tempat banyaknya korban berjatuhan. Ironisnya, perekam video kunci itu justru menjadi satu dari 132 aremania yang tak selamat dalam tragedi kelam tersebut.
5. Kantongi dokumen rencana pengamanan laga
Komnas HAM mengaku telah mengantongi rencana pengamanan. Termasuk analisis prakondisi, dari persiapan laga Arema vs Persebaya yang berakhir dengan tragis. Rencana pengamanan dan analisis prakondisi ini mencakup soal permintaan postur keamanan di Stadion Kanjuruhan. Juga kebutuhan personel dan persenjataan yang dibutuhkan, 10 hari sebelum Tragedi Kanjuruhan terjadi.
6. Suporter lempar sepatu sebagai perlawanan terakhir
Komnas HAM menemukan banyak sepatu bertebaran di Stadion Kanjuruhan setelah tragedi terjadi. Mereka menyampaikan, berdasarkan hasil investigasi sementara, sepatu-sepatu itu merupakan sepatu suporter yang dilempar. Ini dilakukan setelah mereka dalam keadaan panik ditembaki gas air mata. Pelemparan sepatu itu sebagai upaya balasan dalam ketidakberdayaan atas tindakan polisi.
7. Tiket dicetak overkapasitas, PT LIB tolak majukan laga
Anam juga mengonfirmasi bahwa tiket Stadion Kanjuruhan untuk partai akbar tersebut dicetak melebihi kapasitas stadion yang hanya 38.054 orang. Eks Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat disebut meminta agar kapasitas penonton yang datang ke stadion dikurangi. Namun sudah 42.516 tiket yang dipesan dari 43.000 tiket yang bakal dicetak. Komnas HAM juga telah mengantongi jejak komunikasi di balik batalnya usul memajukan jadwal laga Arema versus Persebaya.
"(Eks) Kapolres Malang mengajukan perubahan jadwal pertandingan semula jam 20.00 menjadi jam 16.00 namun ada penolakan dari PT LIB (Liga Indonesia Bersatu)," kata Anam.