"Thrift", karena Gengsi Awalnya Disebut Barang Impor

Lifestyle

Kamis, 11 Januari 2024 | 00:00 WIB
"Thrift", karena Gengsi Awalnya Disebut Barang Impor

FTNews - Kegiatan thrift atau yang masyarakat kenal dengan membeli barang bekas populer di kalangan anak muda. Harganya yang tergolong murah, masih layak pakai menjadi daya tarik.

rb-1

Tetapi di balik thrift ternyata ada fakta-fakta menarik, mulai dari sejarahnya, hingga keberadaannya di Indonesia yang merebak luas.

Muncul Tahun 1300an

Baca Juga: Pramono Anung Punya Tanda Kehormatan Prestisius, Apa Jasanya?

rb-3

Istilah thrift sendiri sudah muncul sejak tahun 1300an. Pada abad tersebut banyak pakaian bekas yang dijual di alun-alun atau pasar. Awalnya pada tahun tersebut, thrift menggunakan sistem barter dan fokus penjualan kepada rakyat menengah ke bawah.

Akibat Perang Dunia I dan II

Perkembangan thrift mulai pada tahun 1800an, organisasi Salvation Army dan Goodwill melakukan penggalangan dana dengan menjual barang bekas. Penggalangan ini untuk donasi kepada para tunanetra.

Baca Juga: Ahli Uji Coba Transplantasi Jantung dan Ginjal Babi ke Tubuh Manusia

Perang dunia I dan II menyebabkan banyaknya kemunculan barang bekas. Tetapi, pada tahun 1897 dua organisasi membuka toko pakaian bekas karena sedang dilanda kemiskinan. Setelah melewati beberapa waktu penjualan, toko tersebut meluncur pesat sampai bisa memiliki 1.000 armada truk.

Gengsi dengan Kata Barang Bekas

Di Indonesia sendiri, thrift muncul pada tahun 1980. Kemunculannya berawal dari perdagangan di pesisir Sumatera, Batam, Kalimantan, dan Sulawesi yang berseberangan dengan negara tetangga. Sehingga masuk awal dengan kata barang impor.

Banyak dari masyarakat yang malu dengan penyebutan barang bekas, sehingga pada awal peredarannya masyarakat menyebut dengan kata barang impor.

Tag Lifestyle Pakaian Bekas Thrifting

Terkini