Waspadai Varian Covid-19 Stratus (XFG): Dominasi Kasus di Indonesia dengan Gejala Suara Serak
Kesehatan

Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Masyarakat Indonesia kembali dibuat waspada menyusul kemunculan varian baru bernama Stratus, atau dikenal secara ilmiah sebagai XFG.
Subvarian terbaru dari keluarga Omicron ini mulai menunjukkan dominasinya dalam laporan kasus baru di Tanah Air dan sejumlah negara lainnya.
Varian ini telah mencuri perhatian dunia medis karena kemampuannya menyebar dengan cepat dan sifatnya yang cenderung menular, meski tidak menyebabkan gejala berat.
Kementerian Kesehatan RI dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan dini tentang varian Covid-19 Stratus, yang kini resmi dikategorikan sebagai variant under monitoring (VUM) sejak 25 Juni 2025.
Apa Itu Varian Stratus (XFG)?
Ilustrasi Varian Covid 19 Stratus. [Instagram]Stratus merupakan turunan dari varian Omicron, yang pertama kali muncul pada akhir 2021 dan sejak itu mendominasi penyebaran global.
Mutasi terbaru pada protein spike di varian Stratus membuat virus ini lebih licin dalam menghindari antibodi tubuh, baik dari vaksin maupun infeksi sebelumnya.
Meski demikian, WHO menyatakan belum ada bukti ilmiah yang menyebut Stratus menimbulkan gejala lebih berat dibandingkan varian sebelumnya, seperti Nimbus (NB.1.8.1).
Penyebaran varian Stratus di Indonesia tergolong cepat. Data Kemenkes RI mencatat bahwa pada Mei 2025, sekitar 75 persen kasus positif Covid-19 yang terdeteksi berasal dari varian Stratus.
Angka itu melonjak tajam menjadi 100 persen pada Juni 2025, menandakan dominasi penuh varian ini atas kasus-kasus baru yang diuji di laboratorium. Meski begitu, lonjakan kasus secara keseluruhan belum signifikan.
Sepanjang 2025 hingga akhir Juli, tercatat hanya 291 kasus positif dari total 12.853 spesimen yang diuji. Hal ini menunjukkan pola kenaikan moderat, bukan gelombang besar seperti sebelumnya.
Gejala Covid-19 Stratus: Suara Serak Jadi Ciri Khas
Ilustrasi Varian Covid 19 Stratus. [Instagram]Salah satu hal yang membedakan varian ini dari pendahulunya adalah gejalanya. Menurut laporan The Independent, pasien Covid-19 yang terinfeksi Stratus umumnya mengalami suara serak atau parau (hoarseness).
Gejala ini menjadi ciri unik yang tidak banyak ditemukan pada varian-varian sebelumnya, seperti Delta atau varian awal Omicron. Gejala umum lain yang dilaporkan meliputi: pilek atau hidung tersumbat, sakit kepala, demam ringan hingga sedang, kelelahan, dan sakit tenggorokan.
Gejala Covid-19 Stratus umumnya tergolong ringan hingga sedang, dan belum ada data yang menunjukkan peningkatan fatalitas akibat varian ini.
Mengapa Stratus Dianggap Berbahaya Meski Tidak Mematikan?
Ilustrasi Varian Covid 19 Stratus. [Instagram]Walaupun tingkat keparahan varian Stratus tergolong rendah, risiko tetap mengintai, terutama bagi: lansia, anak-anak, dan Individu dengan penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan ginjal.
Konsultan epidemiologi UKHSA, Alex Allen mengatakan bahwa kemunculan varian baru adalah bagian dari evolusi alamiah virus. “Stratus tumbuh lebih cepat dari varian lain seperti Nimbus, tapi tidak menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi,” katanya.
Menurut pantauan terbaru dari Kemenkes, wilayah yang mengalami peningkatan kasus akibat Stratus meliputi: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Sumatera Selatan.
Upaya pemantauan dilakukan melalui sistem sentinel yang melibatkan 39 puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan di berbagai pintu masuk Indonesia.
Meskipun varian Covid-19 Stratus (XFG) tidak memicu gelombang besar sejauh ini, masyarakat tetap diminta tidak lengah. Beberapa langkah yang disarankan untuk mencegah penyebaran antara lain:
- Mengenali gejala Covid-19 Stratus, terutama jika mengalami suara serak
- Melanjutkan vaksinasi dan booster, tetap menerapkan protokol kesehatan dasar, seperti memakai masker di ruang tertutup dan mencuci tangan
- Segera melakukan tes bila mengalami gejala.