Daerah

Banjir Tak Kunjung Usai, Kerusakan Lingkungan Sumatera Disorot

31 Desember 2025 | 13:59 WIB
Banjir Tak Kunjung Usai, Kerusakan Lingkungan Sumatera Disorot
Banjir Melanda Sumatera, Pakar Nilai Tata Kelola Lingkungan Masih Lemah

Bencana banjir yang kembali melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera sepanjang 2025 menjadi sinyal kuat bahwa persoalan ini belum sepenuhnya tertangani.

rb-1

Berbagai kajian menunjukkan potensi banjir besar masih terbuka lebar apabila masalah tata kelola lingkungan dan penggunaan lahan tidak segera dibenahi secara menyeluruh.

Data kerusakan lingkungan di Sumatera memperlihatkan kondisi daerah aliran sungai yang semakin kritis. Alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambangan, serta permukiman telah mengurangi daya serap tanah terhadap air hujan.

Baca Juga: Edy Rahmayadi ke Ketua Umum PWI: Kembalikan Pers ke Hati Rakyat

rb-3

Akibatnya, curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu singkat lebih cepat berubah menjadi limpasan permukaan dan memicu luapan sungai.

Banjir Meluas hingga Wilayah yang Sebelumnya Relatif Aman

Baca Juga: Jokowi: IKN Bukan Hanya untuk ASN

Sepanjang akhir 2025, sejumlah provinsi di Sumatera seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan mengalami banjir dengan intensitas beragam.

Bencana ini tidak hanya merendam kawasan permukiman, tetapi juga merusak infrastruktur jalan, lahan pertanian, serta fasilitas umum. Data kejadian menunjukkan bahwa banjir tidak lagi hanya terjadi di wilayah hilir, melainkan juga meluas ke kawasan yang sebelumnya relatif aman.

Selain degradasi hutan, lemahnya pengendalian tata ruang turut memperparah risiko bencana. Pembangunan di kawasan rawan banjir dan bantaran sungai masih ditemukan di berbagai daerah.

Kondisi ini menyebabkan ruang air semakin sempit, sehingga sungai tidak mampu menampung debit air saat hujan deras berlangsung.

Banjir Terus Berulang Tata Kelola Lingkungan Sumatera Jadi SorotanBanjir Terus Berulang Tata Kelola Lingkungan Sumatera Jadi Sorotan

Perubahan Iklim dan Lemahnya Mitigasi Bencana

Faktor perubahan iklim menjadi variabel penting yang tidak dapat diabaikan. Peningkatan intensitas hujan ekstrem tercatat semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Tanpa dukungan ekosistem yang sehat, hujan dengan volume besar dalam durasi singkat langsung berdampak pada meningkatnya risiko banjir dan longsor.

Kajian lingkungan menunjukkan lemahnya koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan sumber daya alam turut berkontribusi terhadap tingginya kerentanan bencana.

Upaya mitigasi kerap bersifat parsial dan belum menyentuh akar persoalan, seperti pemulihan fungsi hutan, rehabilitasi daerah aliran sungai, serta penegakan aturan tata ruang.

Di sisi lain, sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan masyarakat masih menghadapi berbagai keterbatasan. Meski sejumlah daerah telah memiliki peta rawan bencana, implementasinya di lapangan belum sepenuhnya optimal.

Kondisi ini menyebabkan dampak banjir masih dirasakan cukup besar, baik dari sisi ekonomi maupun sosial.

Apabila tidak dilakukan perbaikan secara menyeluruh, potensi terulangnya banjir besar di Sumatera diperkirakan tetap tinggi. Penguatan tata kelola lingkungan, penataan ruang yang lebih disiplin, serta perlindungan kawasan resapan air dinilai menjadi langkah krusial untuk menekan risiko bencana di masa mendatang.

Banjir yang terus berulang tidak hanya menjadi persoalan cuaca, tetapi juga mencerminkan kualitas pengelolaan lingkungan. Tanpa perubahan pendekatan yang lebih berkelanjutan, Sumatera berpotensi terus berada dalam siklus bencana setiap kali musim hujan tiba.

Tag Nasional PerubahanIklim LingkunganHidup BencanaAlam BanjirSumatera TataKelolaLingkungan