Beijing Ngamuk Setelah Wakil Presiden Taiwan Sampaikan Pidato Mengejutkan di Parlemen Eropa
Beijing melontarkan protes keras kepada Uni Eropa setelah Wakil Presiden Taiwan , Hsiao Bi-khim, menyampaikan pidato yang tidak terduga di Parlemen Eropa di Brussels pada Jumat, 9 November 2025.
Kehadiran Hsiao mengejutkan karena Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Uni Eropa, namun tetap diizinkan tampil dalam forum yang berlangsung di gedung parlemen tersebut.
Pidato Hsiao Bi-khim
Baca Juga: Viral Video Detik-Detik Jembatan Sepanjang 758 Meter Runtuh di China
Wakil Presiden Taiwatn Bikhim Hsiao di parlemen Eropa. [ig @bikhimhsiao]
Penyelenggara acara menyebut Hsiao sebagai pejabat paling senior dari Taiwan yang pernah berbicara di lembaga legislatif asing tanpa adanya pengakuan diplomatik formal. Kehadirannya dinilai sebagai langkah simbolis yang kuat dalam upaya memperluas ruang diplomasi Taiwan di tengah tekanan yang terus meningkat dari Beijing.
Pidato tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi tidak resmi yang dihadiri para legislator dari berbagai negara. Forum tersebut berada di bawah Inter-Parliamentary Alliance on China (IPAC), kelompok politik lintas negara yang secara konsisten mengadvokasi kebijakan yang lebih tegas terhadap Tiongkok, terutama terkait isu demokrasi, hak asasi manusia, dan stabilitas kawasan.
Baca Juga: Arti Mistis Angka 798 dari Museum Seni 798 yang Viral
Dalam pidatonya, Hsiao menegaskan bahwa stabilitas hubungan lintas batas antara Taiwan dan Tiongkok tidak hanya menjadi perhatian kawasan Asia Timur, tetapi juga berdampak langsung terhadap kemakmuran global. Ia meningkatkan peningkatan kerja sama antara Eropa dan Taiwan, khususnya di bidang ekonomi, teknologi, dan keamanan rantai pasokan.
Hsiao juga menyoroti peran Taiwan dalam berbagai isu internasional meski kerap terjadi ancaman dari organisasi global. “Taiwan terus berkontribusi dalam bantuan kemanusiaan dan tetap mematuhi standar internasional, meskipun kami tidak diberi kursi di banyak forum global,” ujarnya dalam berbagai yang dikutip South China Morning Post.
Upaya Pecah Belah China
Tiongkok Vs Taiwan [Ftnews]Beijing menilai langkah tersebut sebagai provokasi politik dan pelanggaran terhadap prinsip satu-China yang diakui oleh Uni Eropa. Pemerintah Tiongkok mewajibkan klarifikasi resmi dari Brussels dan menekan agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.
Media pemerintah di Beijing bahkan menyebut kehadiran Hsiao sebagai upaya “memecah perpecahan kedaulatan nasional Tiongkok”.
Sementara itu, belum ada kejelasan apakah Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola telah mengetahui dan menyetujui kehadiran Hsiao sebelum acara berlangsung. KTT IPAC sendiri tercatat sebagai “acara anggota” sehingga tidak memerlukan persetujuan resmi dari pucuk pimpinan maupun struktur formal Uni Eropa.
Ketegangan antara daratan Tiongkok dan Taiwan telah berlangsung sejak akhir Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949, ketika pemerintah Republik Tiongkok mundur ke Taipei sementara Beijing membangun Republik Rakyat Tiongkok. Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang suatu saat harus bersatu kembali, baik melalui cara damai maupun kekuatan militer, sementara Taiwan menegaskan dirinya sebagai entitas politik yang memiliki pemerintahan dan sistem demokrasi sendiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan meningkat akibat latihan militer Tiongkok yang semakin intensif di sekitar Selat Taiwan, kunjungan pejabat asing ke Taipei, serta upaya Taiwan memperluas partisipasi diplomasi internasional. Washington dan sejumlah negara Eropa juga meningkatkan hubungan tidak resmi dengan Taiwan, terutama terkait pasokan semikonduktor dan stabilitas Indo-Pasifik.