Bisa Maju, tapi Industri E-Sport dan Gim Indonesia Juga Punya Tantangan
Teknologi

FTNews - Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, ngebet untuk memajukan sektor industri gim dan E-Sport Indonesia. Tercermin dari cuitannya melalui akun pribadi X (dahulu twitter), ia ingin memberi kesempatan bagi anak-anak Indonesia untuk membangun industri gim dan E-Sport.
“Saya nge-gim udah sejak lama.. Sering nyobain game lokal, jadi tahu potensi luar biasanya industri game tanah air..Â
Beberapa yang nempel banget seperti A Space for the Unbound yang IMO kualitasnya oke dan diapresiasi secara global,†cuitnya melalui akun @gibran_tweet.
Baca Juga: Hati-hati! Virus Brokewell Bisa Kuras Rekening
Selain itu, ia terlihat pernah mampir ke dalam acara E-Sport, Gemaz Fest 2024 di ICE BSD, Tangerang. Gibran ikut bermain gim Mobile Legend dalam Celebrity Match bersama artis-artis ternama seperti Raffi Ahmad, Baim Wong, Vidi Aldiano, dan masih banyak lagi.
Putra sulung Presiden Jokowi ini juga sempat berbincang dengan Edho Zell, seorang youtuber asal Indonesia.
Memang perkembangan industri gim di Indonesia sedang naik. Pada tahun 2021, laju pertumbuhan subsektor ini berada di peringkat dua di bawah subsektor televisi dan radio.
Baca Juga: Bocah Temukan Bebek Karet di Pantai, Bukti Kejahatan Lingkungan
Namun, bukan berarti berkembang pesatnya industri ini tidak ada permasalahan.
Permasalahan dalam Industri Gaming Indonesia
Ilustrasi bermain gim di warnet. Foto: esport.id
Berdasarkan penelitian dari Universitas Bina Nusantara, industri gim dan E-Sport di Indonesia masih memiliki kekurangan. Salah satunya adalah belum adanya standarisasi bagi atlet E-Sport di Indonesia.
Banyaknya ragam dari gim menyebabkan standarisasi cukup sulit untuk dilakukan. E-Sport adalah sebuah cabang olahraga yang baru, yang mayoritas orang yang terlibat dalam hal ini karena kecintaan mereka dalam industri atau gim.
Tidak adanya pengembangan bakat secara dini dan struktur kompetisi yang berjenjang dan berkelanjutan juga menjadi permasalahan. Selain itu, pemain yang memiliki bakat juga belum tentu untuk bergabung dalam bidang E-Sport itu sendiri.
Tantangan dari industri ini pun juga cukup besar, terutama stigma masyarakat Indonesia yang menganggap gim itu “tidak baikâ€, “membuang-buang waktuâ€, dan lain sebagainya. Salah satu penyebab stigma ini ada karena banyak anak-anak bermain dengan waktu yang berlebihan dan terpapar dengan konten kekerasan dan kata-kata tidak sopan.
Pemerintah pun perlu membuat kebijakan ekonomi untuk mengoptimalkan perkembangan E-Sport dan industri gim. HAKI pun harus dapat memberi jaminan bahwa industri gim, terutama dalam E-Sport, harus ada keberlangsungannya.