'Bunda, Kita Enggak Mampu Ya?' Pertanyaan Anak Ini Bikin Orang Tua Al Izzah Menolak Program MBG
Daerah
 290920252.jpg)
Program Makanan Bergizi (MBG) di Sekolah Al Izzah, Kota Serang, menuai gelombang penolakan dari wali murid. Alih-alih disambut positif, program ini justru menimbulkan keresahan karena minim komunikasi sejak awal pelaksanaan.
Sebuah angket yang seharusnya menjadi sarana penjaringan aspirasi justru dibagikan sebelum program berjalan, bukan setelah evaluasi. Kondisi ini menimbulkan kesan bahwa program MBG dipaksakan tanpa melibatkan persetujuan penuh orang tua.
Wali Murid Kecewa, Transparansi Dipertanyakan
Baca Juga: Biodata dan Agama Dadan Hindayana, Kepala BGN yang Bilang Jumlah Siswa Keracunan Masih Kecil
Seorang perwakilan wali murid menyampaikan kekecewaannya karena merasa diperlakukan tidak profesional.
"Maaf pun tidak ada dari yayasan kepada kami. Angket itu disebar sebelum program dilaksanakan, bukan setelah berjalan. Setelah berjalan, kami diminta menyentuh duit," ujarnya.
Menurutnya, para orang tua seolah "dijejelin" dengan berbagai kewajiban tambahan sehingga tidak punya pilihan selain mengikuti.
Baca Juga: Prabowo Subianto Sambut Hangat Kedatangan Bill Gates di Istana Merdeka
Dalam sebuah forum, wali murid menilai program MBG tidak relevan untuk sekolah dengan mayoritas keluarga mampu. Ia menyinggung kondisi siswa Al Izzah yang “masing-masing punya sopir” serta parkiran sekolah yang dipenuhi mobil mewah seperti Pajero dan Fortuner.
Anak Bingung, Orang Tua Serba Salah
Ilustrasi MBG (bgn)
Keresahan juga datang dari sisi psikologis. Seorang ibu menuturkan pengalamannya ketika anaknya bertanya polos:
"Bunda, emang boleh ya kita makan MBG? Bukannya MBG itu untuk anak yang enggak mampu? Emang Bunda merasa enggak mampu ya sampai aku harus makan MBG?"
Pertanyaan itu membuat sang ibu memilih katering pribadi meski harus mengeluarkan biaya lebih. Ia menegaskan bahwa masalah utama bukan uang, melainkan kenyamanan emosional anak yang terganggu.
Harapan untuk Evaluasi dan Solusi
MBG
Wali murid sepakat bahwa makanan bergizi memang penting, tetapi penerapan program harus tepat sasaran. Mereka menilai program MBG seharusnya lebih bermanfaat jika dialihkan untuk siswa dari keluarga kurang mampu.
Mereka berharap pihak yayasan membuka dialog terbuka dan menghentikan penerapan program MBG di Al Izzah. Evaluasi menyeluruh dianggap menjadi langkah penting agar program dengan tujuan mulia benar-benar tepat guna, bukan justru menimbulkan keresahan.