Demonstrasi Tolak RUU TNI di Depan Gedung DPR, Massa Jebol Pagar Dipukul Mundur Polisi dengan Water Cannon
Nasional

Demonstrasi menolak Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) di depan Gedung DPR/MPR RI Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/3/2025) berujung ricuh.
Berdasarkan pantauan di lokasi, pagar DPR jebol sekitar pukul 19.09 WIB. Massa aksi tampak bergandengan tangan berupaya memasuki area gedung.
Massa aksi yang terdiri dari berbagai elemen, termasuk aktivis dan mahasiswa, menjebol pagar depan kompleks parlemen setelah situasi memanas.
Baca Juga: Ketua PDIP Ikut Sedih Indonesia Gagal Gelar Piala Dunia U-20
Aparat kepolisian yang berjaga di lokasi langsung menghalau massa agar tidak masuk lebih jauh. Polisi juga meminta massa untuk keluar dari area DPR RI.
Aksi saling dorong pun tak terhindarkan dari luar pagar, beberapa petasan dinyalakan ke arah barisan polisi.
Menanggapi situasi yang semakin memanas, polisi menyemprotkan water cannon ke arah massa untuk membubarkan mereka.
Baca Juga: Balas Deddy Corbuzier yang Kecam Gangguan Rapat RUU TNI, Pandji Pragiwaksono: Kenapa Rapat Diam-diam
Massa aksi akhirnya mulai membubarkan diri sekitar pukul 19.53 WIB setelah diimbau oleh pihak kepolisian.
Massa yang terdiri dari kelompok mahasiswa, buruh, dan elemen koalisi masyarakat sipil meninggalkan lokasi dengan berjalan kaki menuju arah Kuningan.
Setelah massa bubar, petugas kebersihan bersama personel kepolisian melakukan pembersihan area depan gedung DPR.
Sementara itu, arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto menuju Slipi kembali normal. Jalur khusus TransJakarta juga sudah dibuka kembali untuk umum.
Aksi menolak RUU TNI ini telah berlangsung sejak siang. Massa dari berbagai elemen menuntut pembatalan pengesahan RUU TNI yang telah menjadi undang-undang.
Pihak DPR RI belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini. Sementara itu, polisi telah mengamankan beberapa demonstran yang dianggap sebagai provokator dalam aksi tersebut.
Situasi di depan Gedung DPR berangsur kondusif, namun pengamanan diperketat untuk mengantisipasi aksi lanjutan.