Ketua ADDI: Mimbar Agama Rentan Disalahgunakan Kelompok Tertentu

Daerah

Jumat, 01 Juli 2022 | 00:00 WIB
Ketua ADDI: Mimbar Agama Rentan Disalahgunakan Kelompok Tertentu

Forumterkininews.id, Bogor – Mimbar agama dinilai sangat rentan disalahgunakan kelompok tertentu, seperti radikalisme yang mengatasnamakan agama. Pasalnya, mimbar ini menjadi sarana paling efektif untuk menyampaikan banyak hal, khususnya soal ajaran agama.

rb-1

"Itu harus diakui, karena faktanya mimbar agama dari dulu sampai sekarang, seperti di Islam, dakwah-dakwah melalui mimbar agama seperti khotbah Jumat sudah sejak awal dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam," kata Ketua Umum Asosiasi Dai dan Daiyah Indonesia (ADDI) Dr. Moch Syarif Hidayatullah, di Bogor, Kamis (30/6).

Dilanjutkan Syarif, oleh karenanya, ada penjelasan juga di dalam hadist yang menyebut ketika khotib sedang berkhotbah, jamaah dilarang melakukan aktivitas lain selain mendengarkan khotbah itu. "Supaya apa? Supaya khotbah itu bisa dipahami, bisa dimengerti lalu kemudian bisa diimplementasikan atau diamalkan," imbuhnya dalam keterangan yang diterima forumterkininews.id.

Baca Juga: Pemkot Jakarta Pusat Sidak Apotek, 30 Jenis Obat Syrup Ditarik

rb-3

Tapi, ungkap Syarif, dalam perjalanan penggunaan mimbar masjid ini, khususnya di media khutbah, dipakai untuk ideoligasasi untuk kepentingan tertentu. Dalam Islam, misalnya, soal teologi maupun fiqih. Hal ini menjadi bahan penelitian dalam desertasinya yang secara khusus tentang khotbah jihad.

"Bahkan mimbar khotbah dipakai juga untuk memobilisasi massa, misalkan berjihad. Termasuk yang saya teliti dalam konteks perang Aceh itu digerakkan juga melalui mimbar khotbah," ungkap Wakil Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif HIdayatullah Jakarta ini.

Syarif menilai tidak bisa dimungkiri bahwa mimbar dakwah sangat efektif untuk menyampaikan ajaran kepada jemaah. Para jemaah cenderung sangat memerhatikan apa yang disampaikan penceramah. “Di sinilah kemudian dipakai oleh kelompok kepentingan tertentu, kelompok ideologi tertentu untuk melakukan ideologisasi, untuk melakukan agitasi, politisasi, dan seterusnya,” beber Syarif.

Baca Juga: Sidang Sambo, Pemuda Batak Bersatu Gelar Aksi Damai di Depan PN Jakarta Selatan

Menurutnya, pentingnya khotib atau penceramah diberikan juga wawasan bahwa dalam berceramah itu ada tanggung jawabnya.

"Saya sampaikan jangan sampai mimbar masjid itu dipakai untuk kepentingan agitasi, yang bukan kepentingan agama. Apalagi seperti biasa dalam musim-musim Pilpres, Pilkada, Pilgub itu ada kelompok-kelompok kepentingan yang sengaja masuk ke masjid untuk mengganggu," tutur Syarif.

Menurutnya, ini harus disadari meski dalam pengamantannya, terkadang ada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) juga ikut terlibat. Padahal, DKM seharusnya menjadi wasit dengan mengingatkan para khatib atau ustadz0 agar tidak keluar dari perspektif agama.

"Intinya peran DKM sangat penting dimana sebelum khotib itu naik mimbar untuk mengingatkan materi dakwah agar tidak offside," ungkapnya.

Sebenarnya, kata Syarif, masjid atau mimbar dakwah keagamaan tidak pernah salah. Tetapi bagaimana orang-orang yang memanfaatkannya itu. Dan biasanya ada banyak aktornya, ada DKM, ustadz, dan ada juga donatur. Bahkan kadang DKM dikendalikan dan atas pesanan donatur.

"Itu memang fakta yang tidak bisa dimungkiri. Tetapi memang tidak bisa digeneralisasi. Tidak boleh mengeneralisir sesuatu yang sebetulnya bukan fenomena umat. Ada fenomena seperti itu, kita berbohong kalau kita mengatakan itu tidak ada," tegasnya.

Lebih lanjut, Syarif mengajak semua pihak untuk memberi perhatian kepada masjid-masjid yang ada di lingkungan pemerintahan yang merupakan tempat ASN beribadah. Jangan sampai penceramah yang diundang justru yang selama ini bekoar koar menolak pemerintah, Pancasila, UUD 1945, tidak mau hormat bendera Merah Putih, tidak mau menyanyikan Indonesia Raya.

"Padahal ideologi Pancasila yang sudah disepakati oleh mayoritas umat Islam dimana para ulama juga ikut terlibat di situ,” tegasnya.

Tag Daerah BNPT Kelompok Radikal Ketua ADDI Mimbar Agama

Terkini