Sumatera Utara

Kisah Rondahaim Saragih, Napoleon Batak yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

10 November 2025 | 18:26 WIB
Kisah Rondahaim Saragih, Napoleon Batak yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Rondahaim Saragih dianugerahi pahlawan nasional. [Dok istimewa]

Tuan Rondahaim Saragih Garingging lahir di Simalungun, Sumatera Utara, tahun 1828, dari keluarga bangsawan Batak. Ia merupakan Raja ke-14 Kerajaan Raya Simalungun, yang dikenal gigih menentang dominasi kolonial Belanda di tanah Batak.

Berkat kepemimpinannya yang brilian dan strategi militernya yang mengagumkan, pemerintah kolonial Belanda menjulukinya sebagai “Napoleon der Bataks” — Napoleon-nya orang Batak. Julukan itu bukan tanpa alasan; Rondahaim dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, disiplin, dan ahli strategi perang.

Selama masa pemerintahannya, wilayah Partuanan Raya tidak pernah berhasil ditaklukkan Belanda, menjadikannya simbol keteguhan dan kemandirian rakyat Simalungun.

Strategi Perang Cerdas ala ‘Napoleon der Bataks’

Pahlawan Nasional Rondahaim Saragih. [Dok istimewa]Pahlawan Nasional Rondahaim Saragih. [Dok istimewa]

Sebagai seorang panglima perang, Rondahaim Saragih menggunakan berbagai taktik gerilya dan strategi militer modern pada masanya. Beberapa strategi unggulannya antara lain:

- Memanfaatkan medan hutan dan pegunungan Simalungun untuk melakukan serangan gerilya dan memutus logistik pasukan Belanda.

- Merekrut guru-guru perang dari Aceh dan Gayo, guna membentuk pasukan terlatih dan berdisiplin tinggi.

- Membangun aliansi antar-kerajaan Batak, memperkuat diplomasi agar perjuangan melawan penjajah lebih solid.

- Mengatur pertahanan berbasis benteng alami, seperti sungai dan bukit, untuk menghambat serangan musuh.

- Melancarkan serangan malam hari atau “musuh borngin”, yang membuat pasukan Belanda kesulitan membaca pergerakan tentaranya.

- Menerapkan taktik formasi ala Napoleon Bonaparte, memadukan kavaleri, infanteri, dan artileri untuk menghancurkan musuh sebelum kontak langsung.

Pertempuran besar yang dipimpinnya antara lain terjadi di Dolok Merawan dan Bandar Padang pada akhir 1880-an, di mana ia berhasil menahan laju pasukan Belanda dengan taktik yang penuh kejutan.

Warisan Perjuangan dan Pengakuan Negara

Rondahaim Saragih wafat pada 1891, namun semangat perjuangannya tetap hidup di hati masyarakat Simalungun dan Sumatera Utara. Pada 1999, pemerintah sempat menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama atas dedikasinya. Kini, melalui Keppres 116/TK/2025, ia resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Penetapan ini menjadi momen penting dalam peringatan Hari Pahlawan Nasional, sekaligus pengakuan terhadap kontribusi besar para pejuang daerah dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Kisah Rondahaim Saragih mengajarkan bahwa semangat perjuangan dan kepemimpinan visioner dapat lahir dari mana saja, bahkan dari lereng pegunungan Simalungun.

Perjuangannya menegaskan bahwa kemerdekaan tidak hanya diperjuangkan di medan diplomasi, tetapi juga di medan perang dengan keberanian dan kecerdikan.

Melalui pengakuan ini, Rondahaim Saragih menjadi simbol bahwa perjuangan lokal adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah besar Hari Pahlawan Nasional di Indonesia.

1 2 Tampilkan Semua
Tag Nasional Hari pahlawan