Mbak Rara Si Pawang Hujan Mandalika Komat-kamit di GBK: Mau Tahun 2025 Masih Percaya Beginian?
Nasional

Mbak Rara pawang hujan kembali beraksi. Kali ini, pawang hujan yang populer gegara aksinya mengedalikan hujan saat balapan internasional di Sirkuit Mandalika tertangkap kamera melajukan aksinya di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.
Dalam video yang beredar, Mbak Rara mengenakan daster dan bando warna senada motif bunga. Tanpa alas kaki, matanya menatap tajam ke atas langit sambil komat-kamit. Tak ketinggalan singing bowl alias mangkuk emas di tangannya.
Tak jauh dari Mbak Rara, seorang pria membawa wadah dupa mengepulkan asap mengikuti dari belakang.
Video aksi Mbak Rara pawang hujan memancing komentar netizen. Banyak yang heran dengan bentuk mangkuk emas sang pawang yang lebih kecil dari biasa. Ada pula yang jengkel ternyata masih ada saja orang yang memercyai hal klenik.
"Udah mau 2025 loh masih percaya begian. Padahal ada BMKG kan bisa di cek," tulis seorang netizen.
"Yang nyuruh pawang hujan dan katanya pawang hujan, sama-sama tidak percaya adanya yang menciptakan hujan dan dirinya," lanjut yang lain.
"Kocak masih ada yang percaya model beginian," sahut lainnya.
Raden Rara Istiati Wulandarilias Mbak Rara dikenal luas sebagai pawang hujan. Lahir di Jayapura, Papua, pada 22 Oktober 1983, ia memiliki darah Jawa dari orang tuanya yang berasal dari Solo dan Yogyakarta.
Sejak kecil Mbak Rara telah mempelajari ilmu pawang hujan dengan bimbingan ayahnya. Berkat ketekunannya, ia menjadi mahir dalam mengendalikan cuaca dan sering diminta jasanya dalam berbagai acara besar. Beberapa di antaranya adalah pembukaan Asian Games 2018, pelantikan Presiden RI 2019, dan MotoGP Mandalika 2022.
Pada MotoGP Mandalika 2022, aksinya menarik perhatian internasional. Dengan membawa mangkuk emas dan perlengkapan lain, Mbak Rara berupaya mengendalikan hujan di sirkuit tersebut. Aksinya bahkan ditiru oleh pembalap asal Prancis, Fabio Quartararo.
Mbak Rara diketahui menganut kepercayaan Kejawen dan menjalani pola hidup tertentu, seperti tidak makan daging hewan berkaki empat. Ia juga dikenal sebagai seorang indigo dan ahli tarot.
SUARA
Jasanya sebagai pawang hujan dihargai dengan bayaran yang cukup tinggi yakni mencapai ratusan juta rupiah untuk satu acara.
Namun, tidak semua aksinya diterima dengan baik. Pada Agustus 2024, Mbak Rara dipulangkan dari Aceh saat hendak bertugas sebagai pawang hujan di Pekan Olahraga Nasional (PON) karena dianggap tidak sesuai dengan budaya setempat.