Perusahaan China Mulai Tinggalkan Sistem Waktu Kerja '996' : Karyawan Pulang Lebih Cepat!
Nasional

Mulai saat ini sejumlah perusahakan raksasa di China mulai meninggalkan sistem waktu kerja 996.
Bahkan, kini karyawan sudah diharuskan pulang lebih cepat.
Sistem waktu kerja 996 sendiri merupakan pola waktu kerja yang berlaku di perusahaan.
Baca Juga: Rekrut 22 Karyawan Fiktif, HRD di Perusahaan China Kantongi Rp36 Miliar Selama 11 Tahun
Angka 996 merujuk pada sistem masuk jam 9 pagi, pulang jam 9 malam dan bekerja 6 hari dalam seminggu.
Salah satu perusahaan yang meninggalkan pola 996 adalah Midea, produsen peralatan rumah tangga raksasa China.
Manajemen meminta karyawan pulang paling lambat pukul 6.20 malam, padahal dulunya mereka bekerja hingga larut. Midea juga melarang ada rapat setelah jam kerja.
Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan Tesla, Xiaomi Bakal Ciptakan Mobil Listrik Jempolan
Di China, pola kerja 996 sebenarnya ilegal sejak 2021.
Namun, sistem ini tetap dianggap lumrah dan masih banyak diterapkan, bahkan oleh perusahaan besar.
Karena itu, langkah Midea dianggap cukup 'radikal', sementara bagi golongan pekerja kebijakan ini dinilai berkah besar.
Selain Midea, sejumlah perusahaan lain juga telah membuat perubahan meskipun tidak sedramatis yang dilakukan Midea.
Produsen peralatan rumah tangga Haier meninggalkan pola 996 dan mengumumkan 5 hari kerja dalam seminggu.
Raksasa gim Tencet juga telah memangkas waktu lembur di beberapa unit.
Kegembiraan juga dirasakan para pekerja di DJI, produsen pesawat nirawak terbesar dunia.
Para pekerja mengunggah suka cita mereka di media sosial ketika DJI membuat kebijakan kantor harus kosong sebelum pukul 9 malam.
Para analis menilai perubahan jam kerja serta istirahat wajib yang dilakukan perusahaan-perusahaan di China lebih didorong perubahan Undang-Undang Ketenagakerjaan Uni Eropa dibanding tekanan sosial yang meningkat di Tiongkok.
Analis asal Beijing,Liu Xinliang menilai aturan Eropa yang melarang penjualan produk-produk yang dibuat dengan kerja paksa membuat perusahaan China was-was.
Tema kerja paksa itu didefinisikan mencakup jam lembur berlebihan.
"Perusahaan-perusahaan besar ini takut kehilangan pesanan luar negeri karena pelanggaran," kata Liu.
Meskipun pengadilan tinggi China menyatakan penerapan pola kerja 996 ilegal sejak 2021, nyatanya praktik ini masih subur di dunia kerja.
Banyak karyawan di bidang teknologi dan keuangan yang masih bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang.
Bahkan, beberapa tahun terakhir muncul istilah baru '007, yang mengacu hari kerja selama sepanjang hari selama seminggu.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat China memiliki rata-rata jam kerja mingguan yang panjang, yakni 46,1 jam pada 2024.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata jam kerja Korea Selatan sebesar 38,6 jam, AS sebesar 38 jam, dan Jepang rata-rata 36,6 jam.
Jika mengacu pada data pemerintah Tiongkok, angkanya bahkan lebih tinggi, yakni 49,1 jam naik dibandingkan jam kerja pada 2022 yang rata-ratanya 46,2 jam.
Peningkatan tajam tersebut mencerminkan naiknya rasa ketidakamanan atas pekerjaan, yang memacu pekerja bersedia lembur lebih banyak.
Pemerintah China sudah menyerukan kepada perusahaan untuk mematuhi batas kerja 44 jam dalam seminggu.
Perusahaan juga diingatkan soal hak pekerja untuk beristirahat dan berlibur harus dijamin, serta mendorong cuti dibayar.
Sebab, pemerintah ingin mendorong konsumsi masyarakat dan mengikis ketergantungan ekspor.
Target ini semakin mendesak usai Presiden AS Donald Trump terus memukul China dengan tarif impor tinggi.
"Pemerintah ingin orang-orang lebih banyak bersantai, lebih banyak berlibur, dan lebih banyak mengonsumsi," kata ekonom Jefferies, Shujin Chen.
Namun menurutnya, meskipun pemerintah sungguh-sungguh dalam mempromosikan perubahan jam kerja, hal itu tidak akan mudah mengingat bagaimana pertumbuhan ekonomi negara yang tersendat dan kurangnya lapangan pekerjaan. Kedua faktor ini memicu ketidakamanan finansial.