Profil Aqua, Minuman yang Sumber Airnya Ternyata dari Sumur Bor Dalam
Ia mengingatkan bahwa eksploitasi air tanah dalam skala besar bisa mengakibatkan:
Penurunan muka air tanah (land subsidence)
Risiko retakan dan pergeseran tanah
Kekeringan di wilayah sekitar lokasi pabrik
Dedi juga menegaskan pentingnya transparansi perusahaan dalam pelaporan volume air yang diambil, termasuk pembayaran pajak air tanah sesuai peraturan daerah.
Ia meminta agar pemerintah daerah meningkatkan pengawasan terhadap industri yang menggunakan sumber daya air dalam jumlah besar.
Sorotan terhadap Aspek Sosial dan Operasional
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi sidak perusahaan Aqua. [YouTube KANG DEDI MULYADI]Tak hanya soal sumber air, Dedi Mulyadi juga menyoroti kondisi para sopir dan pekerja lapangan di pabrik tersebut.
Ia menemukan indikasi bahwa sejumlah sopir ekspedisi belum memperoleh kesejahteraan yang memadai.
Selain itu, ada praktik muatan truk yang melebihi kapasitas sehingga berpotensi merusak infrastruktur jalan dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Menurut Dedi, perusahaan sebesar Aqua harus memiliki tanggung jawab sosial yang nyata, baik terhadap kesejahteraan pekerja maupun kelestarian lingkungan sekitar pabrik.
Kasus ini membuka ruang diskusi lebih luas mengenai transparansi sumber air minum dalam kemasan di Indonesia.
Banyak masyarakat yang masih berasumsi bahwa semua produk air mineral berasal dari mata air pegunungan, padahal sebagian besar menggunakan air tanah dalam melalui teknologi penyaringan dan mineralisasi tertentu.
Transparansi informasi seperti ini penting agar publik bisa memahami dampak ekologis di balik setiap botol air mineral, serta mendorong perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap sumber daya alam yang digunakan.