Sejarah Pers di Indonesia: Dari Era Kolonial hingga Kekinian

09 Februari, 2025 | 12:26:48

Surat kabar pertama yang diterbitkan di Indonesia (Instagram)

9 Februari setiap tahun diperingati di Indonesia oleh insan pers dan awak media sebagai Hari Pers Nasional (HPN).

Penetapan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional merujuk pada hari lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 9 Februari 1946 di Surakarta.

Namun jika kita melihat ke belakang, sejarah pers di Indonesia lebih jauh dan lebih panjang sebelum hari lahirnya PWI.

Pers memainkan peran penting dalam pergerakan nasional Indonesia, mulai dari era kolonial menuju kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Pers telah memainkan peran krusial dalam menyebarkan informasi, memberikan edukasi kepada masyarakat, serta menjadi alat untuk memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan.

Lantas bagaimana sejarah perjalanan pers di Indonesia? Berikut ulasannya.

Era Kolonial

Perjalanan pers di Indonesia bermula pada era kolonial dengan hadirnya surat kabar berbahasa Belanda, seperti Bataviasche Nouvelles yang muncul pada tahun 1744.

Menjelang akhir abad ke-19, pers Indonesia mulai mengalami perkembangan signifikan dengan peluncuran surat kabar berbahasa Melayu, salah satunya Medan Prijaji yang didirikan oleh Tirto Adhi Soerjo pada tahun 1907.

Surat kabar Medan Prijaji yang didirika oleh Tirto Adhi Soerjo (Instagram)

Medan Prijaji menjadi surat kabar pribumi pertama yang berani mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda.

Periode Pergerakan Nasional

Memasuki awal abad ke-20, pers di Indonesia berfungsi sebagai alat perjuangan nasional yang semakin vital.

Banyak tokoh pergerakan, termasuk Soekarno dan Hatta, mendirikan surat kabar untuk menyebarluaskan ide-ide kemerdekaan.

Soekarno menerbitkan Fikiran Rakyat, sementara Hatta mendirikan Daulat Rakyat.

Pada masa ini, pers menjadi sarana utama untuk menyuarakan aspirasi rakyat dan melawan penjajahan.

Masa Pendudukan Jepang

Di bawah pendudukan Jepang (1942-1945), pers Indonesia menghadapi pengekangan yang ketat.

Jepang memberlakukan sensor yang sangat ketat terhadap media, hanya mengizinkan penerbitan yang mendukung propaganda mereka.

Meskipun demikian, semangat perlawanan tetap menyala, dan pers tetap berfungsi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Era Kemerdekaan

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945, pers memasuki era baru dengan kebebasan yang lebih besar.

Banyak surat kabar dan majalah baru bermunculan, seperti Harian Merdeka dan Harian Kompas.

Pers memainkan peranan penting dalam membangun kesadaran nasional serta mendukung upaya pembangunan negara yang baru merdeka.

Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru (1966-1998), pers kembali menghadapi pengekangan.

Pemerintah memberlakukan kontrol yang ketat terhadap media, seringkali mencabut izin terbit untuk surat kabar yang dianggap kritis.

Meskipun demikian, masih ada beberapa media yang berani memberikan kritik, seperti Tempo dan Editor.

Namun kedua media tersebut pada akhirnya dibredel oleh pemerintah orde baru pada 1994.

Era Reformasi

Reformasi 1998 membawa perubahan signifikan bagi kebebasan pers di Indonesia.

Pembatasan dan sensor terhadap media perlahan-lahan dihapuskan, memberikan ruang bagi pers untuk berfungsi sebagai pilar keempat demokrasi.

Ilustrasi jurnalis kekinian (Pexels)

Dalam periode ini, pers Indonesia berkembang pesat dengan kehadiran berbagai jenis media cetak, elektronik, dan digital.

Perkembangan Terkini

Saat ini, pers di Indonesia terus mengalami kemajuan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Media online dan platform sosial kini menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat.

Meskipun masih dihadapkan pada tantangan seperti penyebaran hoaks dan ancaman terhadap kebebasan pers, media tetap memegang peranan penting dalam mengedukasi, menginformasikan, dan mengawasi jalannya pemerintahan.

Topik Terkait: