Temuan Terbaru: Stetoskop Berteknologi AI Dapat Deteksi Kondisi Jantung Berbahaya dalam 15 Detik

Teknologi

Sabtu, 06 September 2025 | 04:17 WIB
Temuan Terbaru: Stetoskop Berteknologi AI Dapat Deteksi Kondisi Jantung Berbahaya dalam 15 Detik
Ilustrasi/Foto: Felipe Queiroz, pexels.com

Para peneliti di Imperial College London dan Imperial College Healthcare NHS Trust menemukan bahwa stetoskop AI dapat mendeteksi gagal jantung pada tahap awal.

rb-1

Hasil studi TRICORDER, yang dipublikasikan di BMJ Journals, menemukan bahwa stetoskop berteknologi AI dapat membantu dokter mengidentifikasi tiga kondisi jantung hanya dalam 15 detik.

Menurut British Heart Foundation (BHF), yang sebagian mendanai studi ini, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 1,5 juta pasien, dengan fokus pada orang-orang dengan gejala gagal jantung seperti sesak napas, pembengkakan, dan kelelahan.

rb-3

Proses Penelitian

Ilustrasi/Foto: Antoni Shkraba Studio, pexels.comIlustrasi/Foto: Antoni Shkraba Studio, pexels.com

Sebanyak 12.725 pasien diperiksa dengan teknologi stetoskop AI yang baru. Pasien-pasien ini ditemukan dua kali lebih mungkin didiagnosis gagal jantung dibandingkan dengan pasien serupa yang tidak diperiksa dengan alat tersebut.

Pasien yang diperiksa dengan stetoskop juga sekitar 3,5 kali lebih mungkin didiagnosis dengan fibrilasi atrium (irama jantung abnormal), yang meningkatkan risiko stroke.

Pasien yang menggunakan stetoskop AI juga dua kali lebih mungkin didiagnosis penyakit katup jantung, di mana satu atau lebih katup tidak berfungsi dengan baik.

“Dengan diagnosis dini, orang dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan untuk membantu mereka hidup lebih lama dengan baik.”

Ketiga kondisi ini memerlukan diagnosis dini untuk menerima perawatan yang berpotensi menyelamatkan jiwa, menurut siaran pers BHF.

Desain Stetoskop

Foto: Pixabay, pexels.comFoto: Pixabay, pexels.com

Dr. Patrik Bächtiger, dosen klinis di Imperial College London, mencatat dalam sebuah pernyataan bahwa desain stetoskop, yang dikembangkan pada tahun 1816, tidak berubah dalam 200 tahun.

“Sungguh luar biasa bahwa stetoskop pintar dapat digunakan untuk pemeriksaan 15 detik, dan kemudian AI dapat dengan cepat memberikan hasil tes yang menunjukkan apakah seseorang menderita gagal jantung, fibrilasi atrium, atau penyakit katup jantung,” tulisnya.

Dr. Sonya Babu-Narayan, direktur klinis di British Heart Foundation dan konsultan kardiologi, juga berkomentar dalam sebuah pernyataan bahwa kondisi jantung ini seringkali terdiagnosis pada stadium lanjut ketika pasien tiba di rumah sakit untuk perawatan darurat.

“Dengan diagnosis dini, orang dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan untuk membantu mereka hidup lebih lama dengan baik,” ujarnya.

Gagal Jantung dan Penyebabnya

Hampir 6,7 juta orang hidup dengan gagal jantung di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Gagal jantung dapat menyebabkan gejala seperti sesak napas, penambahan berat badan, kelelahan, kelemahan, dan pembengkakan pada kaki, tungkai, pergelangan kaki, atau perut.

Risiko gagal jantung dapat disebabkan oleh kondisi seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan kondisi terkait penyakit jantung, ungkap sumber di atas.

Cara Kerja Perangkat

Stetoskop AI, yang ukurannya hanya seukuran kartu remi, merekam EKG sinyal listrik dari jantung pasien. Mikrofon pada alat ini juga merekam suara darah yang mengalir melalui jantung.

Informasi yang terekam dianalisis oleh algoritma AI yang telah dilatih menggunakan data kesehatan dari puluhan ribu orang. Alat tersebut kemudian menghasilkan hasil tes untuk risiko gagal jantung.

Algoritma terpisah dapat mendeteksi fibrilasi atrium, yang seringkali tidak menunjukkan gejala.

Risiko dan Keterbatasan

Para peneliti menyarankan perlunya integrasi teknologi yang lebih luas ke dalam praktik umum, karena 70% praktisi yang menggunakan stetoskop pintar berhenti menggunakannya setelah 12 bulan.

Saran: Stetoskop AI Sebaiknya tidak Digunakan untuk Pemeriksaan Orang Sehat

Studi ini juga menemukan bahwa dua pertiga orang yang diduga menderita gagal jantung ternyata tidak mengalami kondisi tersebut setelah tes darah atau pemindaian jantung lebih lanjut.

“Hal itu dapat menyebabkan kecemasan dan tes yang tidak perlu bagi sebagian orang,” tulis BHF dalam rilis tersebut. “Para peneliti menekankan bahwa stetoskop AI sebaiknya digunakan untuk pasien dengan gejala dugaan masalah jantung, dan bukan untuk pemeriksaan rutin pada orang sehat.”

Dalam wawancara baru-baru ini dengan Fox News Digital, ahli bedah kardiotoraks Dr. Jeremy London mengomentari kemunculan AI dalam dunia kedokteran.

"Menentukan protokol mana yang merupakan ilmu kedokteran; apakah protokol itu benar-benar tepat untuk pasien tersebut adalah seni kedokteran," kata dokter yang berbasis di Georgia tersebut.

"Dan dengan AI, belum ada kualitas manusiawi di dalamnya saat ini, jadi mencari tahu bagaimana menghubungkan keduanya merupakan tantangan nyata."

"Stetoskop AI seharusnya digunakan untuk pasien dengan gejala dugaan masalah jantung, dan bukan untuk pemeriksaan rutin pada orang sehat."

AI Bisa Salah

London menekankan perlunya menggunakan AI sebagai "kerangka kerja, bukan sebagai sesuatu yang mutlak, karena bisa saja salah."

Terutama ketika kita merawat orang ... kita harus memastikan bahwa kita melakukannya dengan benar."

Dokter tersebut mengatakan ia yakin bahwa dalam jangka panjang, AI akan "lebih bermanfaat daripada merugikan" dalam dunia kedokteran.

Studi TRICORDER didanai oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR), British Heart Foundation, dan Imperial Health Charity, dan dipresentasikan pada pada kongres tahunan Masyarakat Kardiologi Eropa di Madrid.***

Sumber: New York Post

Tag Stetoskop Berteknologi AI

Terkini