Hati-hati! Ketimpangan Ekonomi Bisa Picu Konflik dan Perang Saudara
Ekonomi Bisnis

FTNews - Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensial untuk mensejahterakan masyarakatnya. Namun Bank Dunia pada tahun 2021 mengatakan sebanyak 45 persen atau 115 juta masyarakat Indonesia masuk ke dalam rentan miskin.
Meskipun kita memiliki tingkat kemiskinan yang berkisar 10 persen, namun masyarakat yang rentan menjadi miskin sangat banyak. Tentu hal ini bukanlah kabar yang bagus bagi masyarakat Indonesia.
Calon presiden (capres) 02, Prabowo Subianto, mengemukakan kekhawatirannya akan hal ini dalam bukunya berjudul Strategi Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: Tegas! Jokowi Minta Tidak Ada Lagi Politisasi Agama di Pemilu
“Ketidakadilan ekonomi inilah yang menyebabkan rakyat kita terlalu banyak yang masih hidup dalam keadaan miskin dan keadaan susah,†ungkapnya di dalam buku itu.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2023, rasio gini pendapatan warga Indonesia adalah 0,388. Rasio gini adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk.
Berdasarkan data ini, sebanyak satu persen dari orang terkaya di Indonesia, mendapatkan 38,8 persen pendapatan di Indonesia. Begitu pula dengan hasil riset lembaga keuangan Credit Suisse di tahun 2021, mengatakan bahwa angka rasio gini Indonesia mencapai 0,36.
Baca Juga: Waspada Para Pengguna Jasa Joki! 3 "Penyakit" Ini akan Menghampiri
Infografis ketimpangan rasio gini Indonesia Maret 2023. Foto: Badan Pusat Statistik
Artinya, jika populasi Indonesia adalah 270 juta jiwa, sebanyak 36 persen kekayaan hanya dimiliki 2,7 juta orang saja. Sebanyak sisa 64 persen tersebut adalah pendapatan untuk 267,3 juta penduduk Indonesia. Menurut Prabowo, ketimpangan ini sangat besar dan berbahaya.
“0,36 adalah ketimpangan kekayaan yang besar. Ketimpangan yang berbahaya. Ketidakadilan ekonomi ini jika dipantik dengan tepat dapat memicu konflik sosial, huru-hara, dan perang saudara yang berkepanjangan,†jelas pasangan dari Gibran Rakabuming Raka ini.
Selain itu, Prabowo juga menjelaskan sebanyak tujuh penyebab huru-hara, revolusi, dan perang saudara. Penyebab-penyebab tersebut adalah sebagai berikut.
- Inflasi
- Harga pangan naik
- Ledakan penduduk
- Pengangguran meningkat
- Disparitas penghasilan
- Radikalisme ideologi
- Korupsi