Ingin Punya Rumah Sendiri? Ikuti Program 3 Juta Rumah, Nikmati Insentifnya di Antaranya Bebas Pajak
Ekonomi Bisnis

Belum punya rumah sendiri? Kenapa tidak ikut Program 3 Juta Rumah yang kini tengah digelar pemerintah. Namanya program pemerintah maka sudah pasti ada banyak kemudahan yang diberikan untuk masyarakat. Di antaranya bebas pajak. Kenapa? Karena pemerintah menanggung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hingga 100 persen untuk rumah dengan harga maksimal Rp2 miliar,
Hal ini terungkap dalam dialog interaktif, Kamis (25/9/2025).
Sebagaimana kita tahu, memiliki rumah sendiri -khususnya mereka yang masuk kategori berpenghasilan rendah- tidak mudah. Kendalanya banyak, mulai dari tingginya harga tanah, biaya perizinan, dan kompleksitas proses pembangunan, dll.
Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan dan Kawasan Permukiman (BP3KP) Sumatra III, Yenni Sofyan Mora, memaparkan, hampir 10 juta rumah tangga yang belum memiliki rumah, dan 26,9 juta tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Data ini merujuk pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 dan menjadi dasar penting bagi pemerintah dalam mempercepat langkah-langkah penyediaan hunian.
Target Pembangunan dan Renovasi 3 Juta Rumah hingga 2029
Program 3 Juta Rumah hadir sebagai jawaban nyata. Pemerintah menargetkan pembangunan dan renovasi 3 juta unit rumah hingga tahun 2029, yang terdiri atas 1 juta unit di kawasan perkotaan, 1 juta di perdesaan, dan 1 juta di wilayah pesisir.
Lebih dari sekadar angka, keistimewaan program ini terletak pada konsep “karpet merah” — simbol kehadiran negara yang mempermudah akses masyarakat terhadap hunian layak melalui sejumlah insentif, antara lain:Bebas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Gratis biaya Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah hingga 100 persen untuk rumah dengan harga maksimal Rp2 miliar dan Proses perizinan yang cepat, dengan waktu maksimal 10 hari kerja.
Tidak Ada Biaya Tambahan yang Memberatkan
“Sekarang, masyarakat tidak perlu lagi memikirkan biaya tambahan yang memberatkan. Semua disederhanakan agar rumah tidak lagi menjadi impian yang mahal,” jelas Yenni.
Program ini dijalankan dengan semangat gotong royong, melibatkan berbagai pihak, termasuk pengembang, masyarakat, organisasi sosial, perusahaan melalui program tanggung jawab sosial (CSR), dan Bank Indonesia dalam memperluas akses pembiayaan.
Bahkan, pemerintah juga memanfaatkan tanah negara untuk mendukung masyarakat yang membutuhkan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Informasi Publik Komunikasi Digital (Komdigi), Nursodik Gunardjo, menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menyebarkan narasi positif melalui ruang digital.
“Rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan fondasi keluarga, pendorong ekonomi, dan penguat sosial. Kami ingin anak muda turut menyuarakan hal ini agar ruang digital dipenuhi dengan optimisme,” ujarnya.***