Ngeri! Kegiatan Ini Lebih Banyak Makan Korban Dibanding Serangan Hiu
Traveling

FTNews - Saat berlibur atau berwisata ke tempat yang menyenangkan tentu akan menyimpan banyak kenangan dari momen tersebut. Kehadiran kamera juga bisa memotret momen dan menyimpan kenangan membahagiakan itu.
Jepretan foto itu mulai dari pemandangan dan suasana lama. Bersama orang terdekat hingga swafoto. Akan tetapi, sebuah penelitian dari Journal of Travel Medicine mengatakan bahwa berswafoto memakan banyak korban, bahkan lebih dari korban serangan hiu.
Kata swafoto atau selfie muncul secara tertulis di publik pada tahun 2002. Berswafoto merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri bagi orang-orang masa kini, sama seperti saat kita bercermin untuk melihat diri sendiri.
Baca Juga: Pramono Anung Punya Tanda Kehormatan Prestisius, Apa Jasanya?
Akan tetapi, saat kita berswafoto di dunia luar, terkadang kita tidak memprhatikan sekitar. Sehingga, kita akan merasa lengah dan kecelakaan pun dapat terjadi.
Kecelakaan saat Berswafoto
Ilustrasi berswafoto. Foto: canva
Baca Juga: Ahli Uji Coba Transplantasi Jantung dan Ginjal Babi ke Tubuh Manusia
Kecelakaan saat berswafoto pun banyak terjadi di lokasi yang berbahaya, di lokasi yang seharusnya kita tidak boleh lengah. Hal ini sering terjadi di dekat rel kereta, jembatan, bahkan saat berdekatan dengan satwa liar di kebun binatang.
Berdasarkan penelitian, dalam kurun waktu 13,5 tahun, sebanyak 433 orang mengalami kecelakaan saat berswafoto. Sebanyak 379 orang dari 292 peristiwa harus kehilangan nyawa mereka demi mendapatkan foto yang mereka inginkan. Rata-rata, para korban dari swafoto ini berumur sekitar 24 tahun.
Kecelakaan yang banyak terjadi adalah jatuh dari ketinggian dengan sebanyak 216 insiden. Lalu, diikuti dengan kecelakaan transportasi dengan 123 insiden dan tenggelam dengan 66 insiden.
Yang cukup membingungkan adalah, sebanyak 60 persen dari korban swafoto ini adalah pria. Berdasarkan sebuah penelitian, wanita cenderung lebih banyak melakukan swafoto dibandingkan pria.
“Para turis sering terpengaruh keinginan untuk menjadi ‘keren’. Sebagai contoh, mereka mengunggah foto di media sosial dengan agar mendapat komentar dan pujian dari orang lain,†ungkap Gerard T. Flaherty dan Joonkoo Choi di dalam jurnal mereka yang membahas fenomena swafoto.
Oleh karena itu, kita harus dapat lebih berhati-hati dan jeli saat ingin berfoto dan berswafoto agar kecelakaan seperti ini tidak terjadi.
Selain itu, tentu nyawa kita jauh lebih berharga dibandingkan menjadi sosok yang 'keren' di media sosial. Jadi, jangan mau mempertaruhkan nyawa hanya untuk mendapatkan foto yang 'keren' ini!