Robeli Jadi Harapan Baru di Tengah Sepinya Transaksi Retail
Lifestyle

Belakangan ini, istilah-istilah unik seperti Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
Kedua istilah ini muncul sebagai gambaran dari kondisi daya beli masyarakat yang kian menurun.
Namun kini, ada istilah baru yang menjadi harapan pelaku usaha, yaitu Robeli singkatan dari Rombongan Benar-benar Beli.
Baca Juga: Apa Arti Rojali? Fenomena yang Bikin Pusing Pengusaha Mal
Ilustrasi Pengunjung (Pexel)
Istilah Robeli diperkenalkan oleh Anne Patricia Sutanto, Ketua Bidang Perdagangan Apindo. Ia menekankan pentingnya memperkuat daya saing produk dalam negeri agar masyarakat tak hanya datang melihat-lihat, tapi juga melakukan pembelian nyata.
"Jangan jadi Rohana atau Rojali lagi, ayo berubah jadi Robeli," kata Anne.
Apa yang Menyebabkan Munculnya Rojali dan Rohana?
Menurut pengamatan para pelaku usaha serta asosiasi pengelola pusat perbelanjaan, ada beberapa alasan mengapa Rojali dan Rohana semakin sering dijumpai:
-
Daya beli yang melemah, terutama di kalangan menengah ke bawah akibat inflasi dan tekanan ekonomi.
-
Kelompok ekonomi menengah atas bersikap hati-hati, cenderung menunda belanja besar dan menunggu momen diskon.
-
Kebiasaan belanja berubah pascapandemi, di mana banyak orang hanya cek harga di toko, lalu membelinya secara online.
-
Mal kini jadi tempat hiburan, bukan hanya belanja. Banyak pengunjung datang untuk nongkrong, makan, atau sekadar jalan-jalan.
Dampak bagi Pengusaha dan Pengelola Mal
Ilustrasi pengunjung mall (META AI)
Tren Rojali dan Rohana ternyata membawa dampak yang cukup signifikan bagi para pelaku bisnis di pusat perbelanjaan.
-
Omzet Tak Sejalan dengan Ramainya Pengunjung Meskipun mal tampak penuh, tidak berarti transaksi penjualan ikut meningkat. Banyak tenant mengeluhkan penurunan omzet, terutama dari sektor non-makanan.
-
Tenant Ubah Strategi Penjualan Para penyewa toko mulai menyiasati kondisi ini dengan:
-
Menjadikan toko fisik sebagai ruang pengalaman (experience store).
-
Mendorong sinergi antara belanja offline dan online.
-
Fokus pada layanan makanan dan minuman (F&B) yang tetap stabil, bahkan mencatat pertumbuhan omzet bulanan hingga 10%.
-
-
Mal Harus Lebih Inovatif Pengelola mal kini harus lebih kreatif. Mereka menggelar acara, memberikan promo kilat, dan menambahkan elemen hiburan demi mendorong pengunjung untuk tak hanya datang, tapi juga bertransaksi.
Mal Tak Lagi Sekadar Tempat Belanja
Ilustrasi pengunjung
Fenomena Rojali dan Rohana menandakan adanya pergeseran fungsi mal. Mal kini lebih dari sekadar tempat untuk belanja ia telah menjadi ruang sosial baru.
Tempat orang berkumpul, berbincang, healing bareng teman, hingga belajar di kafe. Perubahan ini menantang para pelaku usaha untuk terus beradaptasi dan memahami kebutuhan konsumen masa kini.