Rumor Potensi Awal Ramadan Berbeda, Ketua MUI: Insyaallah Lebaran Sama
Nasional

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Nafis, mengungkapkan adanya potensi perbedaan dalam penetapan awal Ramadan 1446 H/2025 M di Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode penentuan awal bulan antara organisasi-organisasi Islam di Indonesia.
KH Cholil Nafis memberikan pandangannya terkait penentuan awal bulan Ramadan di Indonesia. Muhammadiyah yang memakai metode hisab wujudul hilal sudah memutuskan awal Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret.
Baca Juga: Doa dan Amalan Lengkap Malam Lailatul Qadar
Namun, pemerintah dan Nahdlatul Ulama belum memutuskan kapan 1 Ramadan. Pemerintah masih menunggu hasil sidang isbat yang digelar Jumat sore nanti.
Sidang ini menggunakan metode rukyatul hilal (pengamatan bulan langsung dengan mata). Cholil Nafis mengatakan, ada potensi awal Ramadan berbeda.
Ada yang berpuasa 1 Maret, ada juga yang kemungkinan berpuasa mulai 2 Maret. Namun, untuk hari Lebaran akan sama.
Baca Juga: Gandeng NU, Pemerintah Dorong Percepatan Reformasi Agraria
"Mulai puasa tahun 1446 H/2025 potensi berbeda, tapi Lebaran sepakat bersama," kata Cholil.
Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri jatuh pada 31 Maret. Cholil juga menjelaskan tentang kriteria hilal yang disepakati Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Kriteria ini disepakati pada tahun 2021, yaitu:
-Tinggi bulan: 3 derajat
-Elongasi: 6,4 derajat
-Umur bulan: 8 am
Berikut 5 poin penjelasan Cholil Nafis yang disampaikan kepada wartawan, Jumat (28/2)
1. Mulai puasa tahun 1446 H/2025 potensi berbeda, tapi Lebaran sepakat bersama. Sebab menurut kriteria MABIMS pada tanggal 28/2/2025 untuk imkanurru’yah di Indonesia hanya bisa terpenuhi di Aceh, sedangkan di Jawa Timur apalagi di daerah timurnya lagi lebih sulit untuk imkan melihat bulan.
2. Pada akhir Syakban, 28 Februari tinggi hilal di Jakarta sudah 4 derajat, elongasi (sudut antara titik pusat bulan dan matahari saat terbenam) 6,02 derajat. Kriteria MABIMS tinggi 3 derajat, dan elongasi 6,4. sedangkan di Jawa Timur tinggi hilal 3 derajat, elongasi 5,9 (elongasinya belum masuk kriteria MABIMS).
3. Nanti akhir Ramadan saat ijtimak tanggal 29 Maret pukul 10. 02 WIB. Tinggi hilal saat magrib di Jakarta 1° 28’ dan elongasi 6,5. Tinggi < kriteria elongasi > kriteria. Tapi sementara ini kesepakatan MABIMS tinggi dan elongasi terpenuhi. Awal Syawal insyaallah tidak ada perbedaan antar ormas.
4. Jika terpaku pada kriteria MABIMS potensi beda sangat mungkin:
-Jika ada hasil rukyat yang muktabar di zona Aceh, maka awal puasa Sabtu.
-Kalau tidak ada hasil rukyat, maka istikmal Syakban
-Pemerintah bisa punya skenario, tetap diisbatkan Sabtu, baik rukyat berhasil atau tidak.
5. Kalender NU dan Muhammadiyah 2025 Masehi menyebutkan 1 Ramadan 1446 jatuh pada Sabtu (1/3/2025). Namun, NU selalu disertai keterangan bahwa putusan awal bulan hijriah menunggu hasil rukyat. Jika hilal gagal terlihat, maka bulan Syakban digenapkan 30 hari, maka mulai puasa pada Minggu (2/3/2025).
Meskipun demikian, MUI bersama pemerintah dan organisasi-organisasi Islam lainnya terus berupaya untuk menyatukan kriteria penentuan awal bulan hijriah guna meminimalisir perbedaan di masa mendatang.
Dalam menghadapi potensi perbedaan ini, umat Islam di Indonesia diimbau untuk tetap menjaga toleransi dan saling menghormati pilihan masing-masing, sehingga ibadah di bulan Ramadan dapat dilaksanakan dengan khusyuk dan penuh kedamaian.