Ali Khamenei Pimpin Langsung Serangan Balasan Iran ke Israel dan AS
Politik

Seorang pejabat tinggi Iran mengungkapkan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, secara langsung memimpin operasi militer negara itu dalam konflik terbaru melawan agresi Israel dan Amerika Serikat.
Pernyataan ini disampaikan oleh anggota Dewan Kebijaksanaan Iran, Mohsen Rezaei, pada Rabu (2/7/2025).
Ia menegaskan bahwa Ayatollah Khamenei sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata mengambil alih komando penuh dalam operasi militer terbaru tersebut, termasuk mengarahkan langsung Angkatan Darat Iran dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Baca Juga: Rudal Iran Gempur Tel Aviv dan Haifa, Balas Serangan Israel ke Fasilitas Nuklir
Dibantu Kepala Staf Angkatan Bersenjata
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei. (Tasnim News)
Baca Juga: 100 GB Email Rekan Trump Dibajak, Peretas Diduga Iran Ancam Sebar ke Publik
Meskipun dibantu oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi serta komandan Markas Besar Khatam al-Anbia, Khamenei tetap memegang kendali langsung atas jalannya operasi dan pengambilan keputusan strategis di medan perang.
Rezaei menyebut bahwa langkah tersebut menandai keterlibatan langsung pertama sang pemimpin dalam memimpin operasi militer Iran. Ia juga menjelaskan bahwa serangan balasan Iran dilakukan secara terbatas, menyasar lokasi strategis milik militer dan komando Israel.
Lebih lanjut, Rezaei memperingatkan bahwa jika ada serangan lanjutan dari pihak lawan, Iran akan merespons dengan kekuatan yang jauh lebih besar dan cakupan yang lebih luas.
Israel Lancarkan Serangan Udara ke Fasilitas Nuklir
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei. (Tasnim News)
Konflik memanas sejak 13 Juni, saat Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah fasilitas nuklir, militer, dan permukiman di Iran. Serangan ini menyebabkan lebih dari 930 korban jiwa, termasuk tokoh militer senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.
Sebagai balasan, pasukan Iran melalui unit Dirgantara IRGC meluncurkan 22 gelombang serangan rudal ke wilayah pendudukan dalam operasi yang diberi nama True Promise III, yang menimbulkan kerusakan besar di berbagai kota Israel.
Pertempuran akhirnya dihentikan setelah kesepakatan gencatan senjata diberlakukan pada 24 Juni.