Minum Kopi French Press Bisa Bantu Kurangi Lemak Berbahaya
Lifestyle
 220920254.jpg)
Kopi sejak lama menjadi teman setia banyak orang untuk memulai hari. Namun, di balik fungsinya sebagai penambah energi, penelitian terbaru menemukan manfaat lain yang cukup mengejutkan: cara menyeduh kopi, khususnya tanpa filter, ternyata bisa berpengaruh pada penurunan lemak perut dan berat badan.
Temuan ini berasal dari riset di Denmark yang menyoroti senyawa alami dalam kopi bernama cafestol. Zat ini termasuk kelompok diterpena yang larut dalam lemak, jumlahnya cukup tinggi pada kopi espresso, French press, serta Turkish coffee semuanya diseduh tanpa kertas saring. Sebaliknya, kopi instan atau kopi saring kertas justru minim kandungan cafestol.
Studi Klinis 12 Minggu
Baca Juga: Sebanyak 50 Kontainer Biji Kopi Indonesia Diekspor ke Mesir
Penelitian yang dipimpin tim dari Steno Diabetes Center Aarhus ini melibatkan 40 orang dewasa dengan lingkar pinggang besar. Peserta dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok mengonsumsi kapsul berisi 6 mg cafestol dua kali sehari, sedangkan kelompok lainnya menerima plasebo.
Selama penelitian, mereka tetap makan seperti biasa, namun hanya diperbolehkan minum satu cangkir kopi tanpa filter per hari untuk menghindari tambahan asupan cafestol alami.
Baca Juga: Bolehkah Penderita Maag Minum Kopi? Ini Penjelasannya
Hasil akhir menunjukkan:
-
Penurunan lemak viseral (lemak di sekitar organ dalam) hingga 5% atau sekitar 440 mL.
-
Penurunan berat badan rata-rata 2%, sementara kelompok plasebo justru naik hampir 1 kg.
-
Penurunan enzim hati GGT hingga 15%, yang erat kaitannya dengan risiko diabetes.
Meski demikian, indikator lain seperti gula darah, tekanan darah, maupun lemak bawah kulit tidak banyak berubah. Hal ini memperkuat dugaan bahwa cafestol bekerja spesifik pada lemak viseral jenis lemak yang paling berbahaya bagi kesehatan metabolik.
Potensi dan Risiko di Balik Cafestol
Ilustrasi Kopi (Pexels)
Selama ini, pembahasan tentang kopi lebih sering berfokus pada kafein dan asam klorogenat. Padahal, cafestol memiliki mekanisme berbeda. Karena larut dalam minyak kopi, ia hanya bertahan dalam minuman yang tidak melalui kertas filter.
Sebelumnya, studi pada hewan menunjukkan cafestol mampu meningkatkan pelepasan insulin. Namun, dalam uji pada manusia kali ini, tidak ditemukan perubahan signifikan pada sensitivitas insulin. Peneliti menduga hal ini dipengaruhi oleh dosis maupun durasi penelitian yang masih terbatas.
Meski menjanjikan, konsumsi cafestol tetap perlu hati-hati. Studi sebelumnya mencatat bahwa dosis tinggi (lebih dari 10 mg per hari) dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL). Menariknya, dalam penelitian terbaru dengan dosis 12 mg per hari, peningkatan kolesterol tidak ditemukan. Hal ini membuka kemungkinan adanya ambang batas aman yang masih perlu dikaji lebih lanjut.
Menuju Terapi Baru Berbasis Kopi
ilustrasi kopi (Pexels)
Temuan ini memberi harapan baru dalam pengelolaan obesitas serta sindrom metabolik tanpa harus melakukan diet ekstrem. Mengingat lemak viseral adalah faktor risiko utama diabetes dan penyakit jantung, penurunan jumlahnya tentu berdampak besar pada kesehatan.
Namun, peneliti menegaskan bahwa hasil ini belum menjadi alasan untuk mengonsumsi kopi tanpa filter secara berlebihan. Mereka mendorong uji klinis lebih besar dan lebih lama, terutama pada kelompok pra-diabetes dan penderita diabetes, yang kemungkinan bisa mendapat manfaat lebih besar dari cafestol.
Sebagai catatan, dosis cafestol dalam penelitian ini setara dengan sekitar empat cangkir kopi French press berukuran 150 ml per hari. Jika hanya mengandalkan espresso, diperlukan beberapa shot setiap hari yang berarti juga meningkatkan asupan kafein.
Kini, cafestol mulai dilirik sebagai senjata rahasia kopi untuk melawan lemak perut dan meningkatkan kesehatan metabolik. Namun, seperti halnya banyak hal lain, konsumsinya tetap harus bijak. Menikmati kopi seduh tanpa filter sesekali bukan hanya soal cita rasa, tapi juga bisa menjadi langkah kecil menuju tubuh yang lebih sehat.
Penulis : Citra