Program GENTING Rejang Lebong Jadi Sorotan, Pejabat Daerah Wajib Jadi Orang Tua Asuh
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rejang Lebong terus mengintensifkan upaya penurunan angka stunting melalui penguatan kolaborasi lintas sektor.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi terpadu untuk mempercepat penanganan masalah gizi kronis yang masih menjadi tantangan di beberapa wilayah kabupaten.
Baca Juga: Angka "Stunting" di Jawa Barat Turun Empat Persen
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong, drg. Asep Setia Budiman, menyatakan bahwa pencegahan stunting tidak dapat dilakukan hanya oleh sektor kesehatan, melainkan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Kolaborasi dengan perangkat daerah, pemerintah desa, tenaga pendidik, hingga organisasi masyarakat adalah kunci keberhasilan program ini.
“Penanganan stunting adalah tanggung jawab bersama. Kita tidak hanya bicara soal kesehatan anak, tapi juga bagaimana memastikan mereka tumbuh di lingkungan yang sehat, memiliki akses air bersih, gizi yang cukup, dan pengasuhan yang baik,” ujar Asep
Baca Juga: Indonesia Bisa Bebas Stunting Jika Syarat ini Terpenuhi
Strategi Pemkab: Konvergensi dan Program Orang Tua Asuh
Kolaborasi Pencegahan Stunting
Menurutnya, selama tahun 2025, Pemkab Rejang Lebong melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) telah memperkuat implementasi sembilan aksi konvergensi stunting. Aksi tersebut dimulai dari pendataan sasaran, pelaksanaan audit kasus, hingga intervensi gizi spesifik dan sensitif.
“Kami terus mendorong agar semua pihak, termasuk camat dan kepala desa, aktif melaksanakan sembilan aksi konvergensi. Data lapangan menunjukkan ada tren penurunan angka stunting, namun masih perlu kerja keras agar target nasional bisa tercapai,” jelasnya.
Salah satu program andalan yang terus digalakkan adalah Program GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting). Melalui gerakan ini, para pejabat daerah, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat didorong untuk menjadi orang tua asuh bagi balita berisiko stunting. Program ini berfokus tidak hanya pada bantuan gizi, tetapi juga pendampingan edukatif bagi keluarga.
“Kami ingin program ini membentuk kesadaran kolektif. Tujuannya tidak hanya membantu secara materi, tetapi juga memberi pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya pola makan sehat, kebersihan lingkungan, serta perawatan ibu hamil dan balita,” tambah Asep.
Hasil Positif Berkat Dukungan Lintas Sektor
Sementara itu, Ketua TPPS Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, Titin Julita, SKM, menyampaikan bahwa kolaborasi lintas sektor telah menunjukkan hasil positif.
Hasil pemantauan hingga Oktober 2025 menunjukkan tingkat prevalensi stunting di beberapa kecamatan mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
“Misalnya di wilayah Bermani Ulu dan Curup Selatan, angka stunting turun cukup drastis. Hal ini terjadi karena dukungan lintas sektor berjalan dengan baik, mulai dari Posyandu, PKK, hingga perangkat desa yang aktif melakukan sosialisasi,” kata Titin.
Ia juga menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam upaya pencegahan stunting.
Keberhasilan program tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pemerintah, tetapi juga partisipasi warga dalam menjaga kebersihan, menyediakan makanan bergizi, dan memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap.
“Kami berharap masyarakat semakin sadar bahwa stunting bukan hanya soal kurang gizi, tapi tentang bagaimana kita membangun generasi yang sehat sejak dari kandungan,” ujarnya.
Target Penurunan Angka Stunting
Pemerintah daerah juga tengah mengoptimalkan anggaran desa untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan gizi serta kesehatan ibu dan anak.
Selain itu, berbagai pelatihan bagi kader Posyandu, pendamping keluarga, dan tenaga gizi terus ditingkatkan agar intervensi di lapangan berjalan efektif.
Dengan strategi kolaboratif dan sinergi antar sektor, Pemkab Rejang Lebong optimistis dapat menurunkan angka stunting secara signifikan pada akhir 2025.
Lebih dari itu, pemerintah berharap program ini menjadi fondasi kuat untuk mencetak generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan produktif.