Tahun Ini Genap Berusia 87 Tahun, Kantor Berita Nasional ANTARA Diminta Beradaptasi Dengan Teknologi Digital

Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA baru saja merayakan hari jadinya yang ke-87 pada 13 Desember 2024.
Kantor berita pertama di Indonesia itu berdiri sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1937.
Seiring dengan perjalanannya, kini LKBN ANTARA menghadapi tantangan di era media digital.
Baca Juga: Seorang Santri di Ponpes Milik Gus Miftah Dipukul Hingga Disetrum 13 Santri Lain
Hal itu diungkapkan oleh akademisi sekaligus dosen Universitas Catur Insan Cendikia (UCIC) Cirebon, Taufan Hunneman.
Dalam pernyataannya yang diterima FTNews pada Sabtu (14/12/2024) Taufan mengatakan, salah satu tantangan Antara di era digital bukan hanya masalah konten berita dan seberapa cepat informasi bisa disampaikan.
Namun ia menyoroti bentuk kelembagaan yang paling tepat untuk ANTARA, mengingat kantor bertita itu merupakan badan usaha milik negara (BUMN) dengan status perusahaan umum (Perum).
“ANTARA memiliki tanggung jawab ganda, yakni menjalankan fungsi pelayanan publik dan mencapai target finansial,” ujar Taufan.
Menurut dia, tantangan tersebut semakin kompleks dengan hadirnya media digital dan platform berita daring yang menawarkan informasi secara instan.
Baca Juga: Wartawan Mistar Diintimidasi saat Meliput Sidang, LBH Medan Duga Oknum Panitera Pengganti dan Preman Ada Kongkalikong
Dan agara tetap relevan, lanjut Taufan, ANTARA perlu menyesuaikan struktur kelembagaannya agar lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan industri media.
Ia mengambil contoh pengalaman kantor berita internasional Reuters yang telah berdiri sejak 1851 dan kini menjadi salah satu kantor berita terbesar di dunia.
Meski sudah berdiri lebih dari 100 tahun, menurut Taufan, Reuters tetap bisa eksis dan terus berkomitmen menyediakan berita global yang cepat dan akurat.
“Sementara ANTARA sendiri, hingga kini terlihat masih berusaha untuk mempertahankan eksistensinya di tengah gempuran berbagai persoalan internalnya,” ungkap Taufan.
Dalam kacamata mantan Aktivis 98 ini, salah satu contoh persoalan internal yang ada di tubuh ANTARA, berkaitan dengan aksi korporasi.
Belum lama ini, kantor berita itu terpaksa memindahkan kantor pusatnya dari Merdeka Selatan ke Pasar Baru, yang mengarahkan Wisma Antara beralih kepemilikan ke BSI.
Hal inilah yang dianggap menjadi tantangan ANTARA berikutnya, yakni menyeimbangkan misinya sebagai media publik sekaligus mengemban tuntutan bisnis.
“Sebagai lembaga yang mengemban misi pelayanan publik, sekaligus tuntutan bisnis, ANTARA berada dalam posisi yang sulit untuk dipahami, sekaligus menantang,” tutur Taufan.
Karena itulah ia menawarkan sejumlah langkah strategis agar ANTARA bisa meningkatkan daya saing dan efektifitasnya di tengah persaingan media di Indonesia yang semakin ketat.
Langkah strategis pertama yakni, agar ANTARA harus beradaptasi dengan teknologi digital terkini, seperti akal imitasi (AI) dan data analitik.
Menurut Taufan, hal ini penting agat produksi berita dan distribusi konten ANTARA bisa meningkan secara efisien.
“Hal ini sejalan dengan langkah yang diambil oleh kantor berita internasional dalam menghadapi tantangan era digital,” tambahnya.
Langkah strategis berikutnya adalah memperkuat kemigraan global untuk pertukaran konten dan teknologi.
Langkah ini juga dapat meningkatkan kapasitas jurnalis yang dimiliki ANTARA melalui program pelatihan dan magang.
Lalu, Taufan menyarankan agar ANTARA mengembangkan produk dan layanan baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar masa kini.
Diantaranya menyuguhkan platform berita digital dan konten multimedia interaktif agar dapat menjangkau audiens seluas-luasnya.
“Kemudian berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan jurnalis untuk memastikan mereka memiliki keterampilan yang relevan dengan tuntutan industri media saat ini,” pungkasnya.